KOMPAS.com Bola Entertainment Tekno Otomotif Female Properti Forum Kompasiana Images Mobile Kompas Cetak ePaper PasangIklan GramediaShop
Rabu, 10 Maret 2010 Selamat Datang | Daftar | Masuk
- Home
- Nasional
- Regional
- Internasional
- Megapolitan
- Bisnis & Keuangan
- Kesehatan
- Olahraga
- Sains
- Travel
- Oase
- Edukasi
- English
- Video
- More
![]()
SumateraJawaKalimantanIndonesia Timur
Terima Obama dengan Kehangatan
Rabu, 10 Maret 2010 | 01:14 WIB
(AP/Charles Dharapak)
President Barack Obama speaks about health care reform, at Arcadia University in Glenside, Pa., Monday, March 8, 2010.
TERKAIT:
- Menkeu: Kedatangan Obama Sentuh Semua Sektor
- Nasir Djamil: Terkait Kunjungan Obama
- Penangkapan Teroris Tidak Berkaitan dengan Obama
- Kamis, DKI Gelar Rakor Bahas Kedatangan Obama
- "Paspampres" Obama Intip Bali
PADANG, KOMPAS.com – Cendekiawan Muslim Sumbar, Shofwan, berharap pemerintah dapat memperlihatkan kehangatannya dalam menerima kunjungan Presiden AS Barack Obama dalam kerangka mempererat hubungan kedua negara. "Istimewa bagi Obama yang masa kecilnya pernah beberapa tahun di Jakarta. Bahkan Obama merasa ada kedekatan hati dan perasaan dengan Indonesia, dimana ayah tiri dan saudara tirinya adalah orang Indonesia. Ini suatu keadaan dan mungkin juga kunjungan yang unik," katanya di Padang, Selasa (9/3/2010).
Rektor Universitas Muhammadiyah Sumbar itu mengatakan, pascabom Bali, bom Marriot dan lain-lain, inilah pertama kalinya pemimpin nomor satu Amerika berkunjung ke Indonesia. "Ini menunjukkan bahwa Indonesia aman bagi Amerika dan tentu juga bagi dunia. Ini prestasi dan prestise Indonesia yang tak dapat diabaikan," kata mantan Ketua Pengurus Wilayah Muhammadiyah Sumbar itu.
Dia mengatakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia dan nilai rupiah relatif bergerak positif meski agak lambat tetapi cukup signifikan pascakrisis global.
Shofwan berharap tokoh-tokoh Islam secara proporsional dapat memahami kunjungan Barack Obama. Menurut dia, pemerintahan Obama terus berupaya optimal mencari yang terbaik bagi pilihan solusinya, meski dalam politik luar negeri dan militer di Afganistan dan Irak serta keikutsertaan Amerika yg tinggi dalam mencari solusi konflik Israel-Palestina masih belum memuaskan.
"Jangan lupa Amerika adalah juga negeri bagi sekitar lima-tujuh juta umat Islam baik yang asli maupun imigran yang telah menjadi warga Amerika," katanya.
Jumlah itu, kata dia, secara relatif mendekati jumlah kaum Yahudi di Amerika.
Terkait hubungan bilateral Indonesia-Amerika, Shofwan berharap terealisasinya hubungan yang semakin kokoh seperti apa yang diutarakan Menlu AS Hillary R Clinton beberapa lalu ketika berkunjung ke Indonesia, yang disebutnya sebagai hubungan yang komprehensif partnership.
Hubungan yang menyeluruh secara sosial, politik, budaya, ekonomi, pendidikan dan seterusnya yang semakin luas, menyeluruh dan bermakna dengan tetap menempatkan kedua pihak setara dalam kualitas dan potensi yang dimiliki kedua negara.
Di luar itu, kata dia, masyarakat dan rakyat Indonesia harus dapat memilah dan memilih bahwa persahabatan antara warga masyarakat, rakyat kedua bangsa dan negara atau "people to people" perlu terus ditingkatkan.
Kunjungan warga masyarakat kedua negara hendaknya mesti ditingkatkan terus dalam membina hubungan yang harmonis antara kedua bangsa tanpa harus terikat oleh siapa yang berkuasa di kedua negara Indonesia dan Amerika. "Masyarakat Indonesia dan Amerika kebetulan sama-sama terdiri atas masyarakat majemuk atau pluralitas yang amat kaya secara sosial dan kultural selalu hidup damai dan harmonis," kata Shofwan.Penulis: XVD | Editor: primus | Sumber : ANT Dibaca : 1135
Sent from Indosat BlackBerry powered by
Ada 4 Komentar Untuk Artikel Ini. Kirim Komentar Anda
![]()
Aco van BugislandRabu, 10 Maret 2010 | 02:29 WIB
Saya sangat menghargai Tokoh dari Sumbar ini,harapan saya semoga semua segenap warga negara Indonesia seperti bapak ini,benar sekali saya sendiri tinggal di belanda tapi kami justru hidup tenang malah gereja yg dibeli ummat islam trus di jadikan masjid kadang pemerintah belanda membantu untuk membangun masjid jadi salah kalau ada anggapan bahwa di negara yg bukan islam tidak bebas,justru orang islam yg berada di negara bukan islam terlalu bebas
![]()
Doni KusumaRabu, 10 Maret 2010 | 02:27 WIB
Saudara Shofwan sungguh mempunyai pemikiran yang terbuka dan objektip. Saya sangat setuju dengan gagasan ini. Mari kita sambut dengan kehangatan dan citra positip. Wasalam.
![]()
sofiahtun saefudinRabu, 10 Maret 2010 | 01:59 WIB
betul pak,,,,stop pertikaian.sambutlah tangan menuju perdamaian….
![]()
Emilezola ToruanRabu, 10 Maret 2010 | 01:59 WIB
Nah gitu dong…pemikiran kaya gini yang patut dihargai. Salut.
Kirim Komentar Anda
Silakan login untuk kirim komentar Anda.
Komentar
KirimBatal
Redaksi menerima komentar terkait artikel yang ditayangkan. Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Redaksi berhak untuk tidak menampilkan komentar jika dianggap tidak etis, kasar, berisi fitnah, atau berbau SARA.
- Kapolri Paparkan Data Lengkap soal Teroris…
- Pro Kontra Bagai Hasil SMS Antaroperator
- Tak Kalah Canggih meski Android Generasi Pertama
- Pembangkang Kuba Minta Lula Jadi Penengah
- KPK Periksa Mantan Dirut Bank Century
- PBB: Bantuan Pangan untuk Somalia Banyak Dikorup
- Liputan Grammy Awards 2010
- Kini Kompas ePaper Tersedia dalam Dua Platform
- KOMPAS.com Raih The Best Performance Company 2009…
- Reload Something New: KOMPAS.com Tampil Baru
- Piala Dunia 2010 di Hadapan Anda
- KompasFemale Resmi Diluncurkan
Rubrik: Nasional Regional Internasional Megapolitan Bisnis & Keuangan Kesehatan Olahraga Sains Travel Oase Edukasi
Situs: KOMPAS.com Bola Entertainment Tekno Otomotif Female Properti Forum Kompasiana Images Mobile Kompas Cetak ePaper PasangIklan GramediaShop
About Kompas.com | Info iklan | Privacy policy | Terms of use | Karir | Contact Us | Kompas Accelerator For IE 8
© 2008 – 2009 KOMPAS.com — All rights reserved