Selasa, 22 December 2009
Dalam Penerbangan Bisa Menelepon
![]()
LAPORAN SHOFWAN KARIM DARI MARAKO
Ada baiknya saya menggambarkan perjalanan kepada orang-orang sebaya ataupun anak-anak muda yang suka berkunjung ke berbagai sudut dunia. Tentu dengan maksud yang berbeda-beda. Mungkin kunjungan pendidikan atau studi yang lama atau jangka pendek yang popular disebut sandwich program. Ada post-doctorate bagi yang sudah S3 mau mendalami bidang ilmu dan mengalami studi di luar negeri. Ada pula apa yang disebut academic recharging. Untuk kawula remaja, mahasiswa, pemimpin, professional muda mungkin mengikuti pendalaman penguasaan bahasa asing untuk 4 sampai 8 minggu. Juga ada pertukaran siswa, mahasiswa dan pemuda di berbagai belahan dunia seperti AFS (Amerika), AISEC (Perancis), CWY (Canada), Australia-Indonesia Exchange, Global Exchange (Inggris) dan lain-lain di lima benua: Asia Eropa, Afrika, Australia dan Amerika. Ada kunjungan pemerintah, para legislator. Atau kunujungan umum sosial-budaya, bisnis, traveling liburan, seminar, workshop, konperensi dan lainnya. Ini perjalanan yang ketiga bagi saya untuk 2009 ini setelah satu atau dua kali dalam setahun sejak 1980. Maka seperti diberitakan Harian Singgalang, Kamis (17/12) halaman A 4, kali ini saya menghadiri beberapa agenda dalam workshop untuk mendirikan unversitas terbuka untuk kaum buruh atas kerja sama International Islamic Confederation of Labor (IICL) dan Islamic Development Bank (IDB) di Rabat, Maroko Senin sampai Rabu ini. Berjalan sendiri dengan berjalan pergrup dari jumlah tiga atau lebih tentu ada kenyamanan dan ketidaknyaman. Saya mengalami keduanya. Untuk grup kecil, sebenarnya lebih nyaman karena mudah bergerak cepat dari satu titik ke titik lain. Sementara grup besar lambat, butuh kesabaran yang ekstravaganza, tetapi vibrasi sosialnya lebih besar. Sebaliknya berjalan sendiri memang lebih lincah, terutama bagi yang sudah biasa, tetapi bagi yang belum terbiasa agak repot karena bergerak antara satu titik ke titik lain sering bingung. Enaknya kalau di bandara ineternasional tulisan petunjuk sangat lengkap. Hanya jangan sampai ada perasaan bingung. Setiap zona di bandara itu pasti ada desk informasi dan paling akurat untuk jadwal, nomor penerbangan dan gate (pintu) masuk ke pesawat, terdapat di berbagai track koridor. Sebaiknya jangan membawa barang tentengan lebih dari dua potong jangkauan tangan. Tentu dengan ukuran kecil dan tidak berat. Gara-gara terlalu banyak tentengan di antara penumpang inilah agaknya yang membuat terlambat. Ini kebiasaan yang agak umum dalam penerbangan inernasional di Asia dan Afrika. Keadaan yang agak jarang terjadi dalam penerbangan Eropa dan Amerika. Belum lagi kalau terbang ke Negara-negara Timur Tengah. Gesekan dan konflik kecil antara penumpang dankadang-kadang bahkan dengan petugas. Misalnya waktu check-in, soal kelebihan berat bagase, tempat duduk yang salah nomor, memasukkan barang tentengan ke cabin di atas tempat duduk di pesawat yang tak cukup. Semua, adalah hal-hal kecil yang kelihatan menggelikan. Untuk lali ini ada ibu-ibu yang minta carikan tempat duduk sesama wanita di kiri dan kanannya. Maka dengan sabar awak pesawat mencoba me-reka-reka siapa di atara mereka yang bersebelahan duduk tetapi bukan satu keluarga, sehingga kehendak si ibu tadi terkabul. Di depan deretan penulis rupanya ada laki-perempuan yang bukan satu keluarga dan tidak saling kenal, tetapi keduanya enggan pindah ke kursi yang ditunjuk awak pesawat yang memintanya. Tiba-tiba Kilani di sebelah saya kaget karena hp-nya yang lupa dimatikan bergetar. Dia seakan tak percaya setelah terbang hampir 4 jam, ada sinyal cellular. Mula-mula dia mengatakan kepada saya bahwa kasus ini aneh. Tetapi ketika telepon itu dia utak atik dan pramugari lewat tetapi tidak menegurnya, Kilani semakin berani dan langsung telepon ke penghubungnya. Mereka pun bercakap-cakap. Saya penasaran dan mencoba mengaktifkan hp. Namun sesuai prinsip saya, daripada ditegur nanti tidak enak, saya langsung memanggil awak kabin dan menanyakan hal ini. Hana, pramugari Emirates, yang belakangan diketahui berasal dari Honduras itu menerangkan dengan jelas bahwa hal itu legal atau resmi sejak 6 bulan lalu di penerbangan Emirates. Hanya, kata Hana, belum semua rute dan tidak semua pesawat. Begitu juga belum semua operator cellular di seluruh dunia yang sudah menyadari dan ikut dalam teknologi ini. Maka ketika saya mencoba menulis pesan singkat ke tanah air dalam perut pesawat Emirates Boeing 777 ini, ternyata belum jalan. Begitu pula ketika saya mencoba telepon langsung, ada nada panggil sebentar, tetapi hilang. Padahal tanda sinyal di hp ini penuh. Keadaan itu sebaliknya yang terjadi. Dua puluh menit sebelum mendarat di Aeroport King Muhammad V Cacablanca, saya SMS Dr. Said Khaled El-Hassan, Sekjen IICL mengatakan bahwa akan mendarat. SMS itu langsung ada jawaban. Teman saya itu sudah menunggu dua jam di terminal satu di pintu keluar. Nah,..sesuatu yang kapan terjadi di tanah air kita? Setiap awak pesawat masih sibuk menegur penumpang untuk tidak mengaktifkan hp-nya ketika berada dalam pesawat. Kadang-kadang juga dengan mata melotot. Ini tentu tidak salah. Karena prosedurnya begitu. Lantaran pesawat belum memiliki teknologi tambahan seperti Emirates, meskipun pesawat di tanah air bak “burung raksasa terbang” itu baru datang dari pabriknya Boeing Seattle, Amerika.