Harian Singgalang Online

DepanMasjid Cas 11 

Kamis, 31 December 2009

Air Kran Saja Sudah Bermineral

LAPORAN SHOFWAN KARIM DARI MAROKO (8)

Melihat berbagai objek dan destinasi lokal kepariwisataan di Moroko, tidak akan cukup waktu bagi saya. Karena itu saya minta Ali hanya mengantarkan ke satu objek saja, tetapi agak lama di situ. Biar puas dan agak detail.
Kami turun di sebuah stasiun di Casablanca dan Ali mengambil taksi argo. Mobil pribadi yang nongkrong menyambut penumpang seperti di BIM, atau depan Basko Plaza Air Tawar, Padang menawarkan calon penumpang untuk menggunakan jasa juga terjadi di sini.
Ketika Ali bilang akan mengambil taksi argo, wajah mereka tidak berubah. Bahkan seorang di antaranya memberi respon positif menunjukkan di bagian mana di stasiun itu toilet, ketika Ali kurang mendengar pertanyaan saya.
Infra struktur seperti perhubungan atau transportasi publik, listrik dan air minum, rasanya bagi rakyat dan pengunjung Maroko cukup  selesa dan nyaman. Tidak susah mencari tumpangan gelap untuk bepergian. Semua transportasi resmi memadai dan tarifnya juga tidak terlalu mahal. Listrik tidak pernah mati.
Wifi untuk internet selalu tersedia dan digunakan bebas di gedung-gedung resmi dan hotel. Satu lagi yang amat setara dengan negara maju, padahal Maroko termasuk negara berkembang, adalah soal air keran, atau PDAM kalau sebutan kita.
Oktober lalu, di Eropa Timur, ketika menginap di hotel Tallin, Estonia, dan St. Petersburg serta Mosccow di Rusia, di kamar saya selalu tersedia air minum botol. Keadaan yang juga lazim di hotel negeri kita, Indonesia.
Maka ketika check-in minggu lalu, pada hotel berbintang 4 di Rabat, saya menanyakan soal air minum ini ke pegawai hotel. Katanya kalau ingin mineral yang dijual, dapat dibeli di swalayan depan hotel. Tetapi jangan lupa, bahwa air di keran ini sudah stril dan cukup kandungan mineralnya. Dan di restoran hotel, kalau kita minta air minum, maka yang diberikan adalah air kran  itu, meski juga disajikan degan botol plastik atau cerek kaca. Keadaan yang belum pernah ada di negeri kita. Air minum harus kita masak dulu, meski air keran apa lagi air sungai.
Kalau tidak ya, beli air yang telah diproses penyulingannya  yang ratusan mereknya di Indonesia. Mulai dari harga yang tejangkau sampai yang agak tinggi.  
Soal listrik. Sudah seminggu saya di kota ini. Belum pernah kejadian listrik pudur alias mati. Jadi takkan ada gangguan sura berisik genset di hotel, di rumah sakit, di gedung-pertemuan atau di rumah pribadi. 
Listrik, seperti juga air sudah menjadi prasyarat hidup modern dan tidak boleh ditawar. Kecuali kalau kita ingin kembali ke zaman batu. Mungkinkah karena itu, seperti berita Singgalang On-Line yang saya baca, CEO Jawa Pos Dahlan Iskan dilantik menjadi Dirut PLN
Apa yang ingin saya laporkan ke pembaca Singgalang adalah bahwa untuk menghilang seluruhnya orang miskin di suatu negara hampir pasti mustahil. Karena saya lihat di hampir semua Negara di Eropa, Amerika, Afrika dan Asia, ada saja orang miskin di mana-mana.
Akan tetapi suatu Negara itu akan memberikan kesejahteraan, rasa aman, dan layak hidupnya, termasuk kepada yang miskin-miskin itu, apabila kualitas infra strukturnya sudah cukup, berkualitas dan optimal. Semiskin-miskinnya orang, palingtidak air minum tak perlu dimasak lagi, listrik cukup, dan komunikasi lancar. (*)

Harian Singgalang Online

Diterbitkan oleh Home of My Thought, Talk, Writing and Effort

Mengabdi dalam bingkai rahmatan li al-alamin untuk menggapai ridha-Nya.

%d blogger menyukai ini: