Jumat, 27 Agustus 2010
Buka Puasa Bersama dengan Gamawan
Jakarta – Kondisi di Sumbar hari ini, rakyat kesulitan dalam menyekolahkan anak-anaknya. Ini menjadi beban berat yang berdempet karena keadaan pascagempa belum sepenuhnya pulih. Apalagi sebentar lagi akan datang Idul Fitri.
“Masih banyak mereka yang berada di kota dan kabaputen seperti di Padang, Pessel, Pariaman, Padang Pariaman, Agam dan Pasaman Barat yang belum bangkit. Rumah nan runtuh terberai-berai, belum dibangun. Mereka dengan hati pilu masih ada nan tinggal di rumah samantara yang tidak akan tahan lebih dari setahun,” kata Rektor Universitas Muhammadiyah Sumbar (UMSB) saat memberikan kuliah tujuh menit (kultum) pada acara buka bersama di kediaman Mendagri Gamawan Fauzi di Jakarta, kemarin.
Hadir dalam acara itu, antara lain Tifatul Sembiring, Fahmi Idris, Azwar Anas, Basril Djabar dan Basrizal Koto serta Ketua BK3AM, Zulfahmi Burhan.
Menurut Gamawan, berbuka puasa bersama merupakan tradisi yang tak boleh terputus. Apalagi, kata dia, bagi perantau Minang, sehingga perannya bagi pembangunan di kampung, akan terus berlanjut. Ia minta tokoh-tokoh penting di Jakarta, bergiliran mengadakan buka puasa bersama. Tifatul berjanji, tahun depan, ia akan menjadi orang pertama yang melaksanakannya. “Insya Allah, jika umur panjang,” kata dia.
Biaya pendidikan
Dalam kultumnya Shofwan Karim Elha, menyatakan, Gamawan Fauzi, merupakan tokoh “ Padang Tembak Langsung (PTL)” dari gubernur menjadi mendagri. Karena itu, ia yakin Gamawan kini menjadi sebagai sutradara “tukang angkek layang-layang atau di sebagian kampuang awak sebut alang-alang, Supayo nak malayang pulo alang-alang kampuangko.”Dalam konteks kultum, Shofwan menyatakan, puasa manjadi syar’i atau metoda agama untuk memberikan pelajaran pengendalian diri supaya ummat terhindar dari hal-hal yang tidak baik. Berkat Ramadhan, Shofwan berharap agar di kampung tak ada lagi bencana.
Di bagian lain, ia menyebutkan, sketsa masyarakat kita yang di kampuang dan tentu juga di rantau, kini dalam hiruk-pikuk dunia kependidikan ini. Sekarang baru saja dalam pergantian tahun ajaran untuk sekolah SD, SMP, SMA dan sederajat pada Juli lalu.
Sedangkan untuk tingkat perguruan tinggi atau universitas, awal tahun akademik itu adalah awal September ini.
Karena itu, tahun akademik yang sejalan dengan hari Raya Idul Fitri 1431 ini. Masyarakat warga di kampuang kita menghadapi dua beban berat: Mengkuliahkan anak atau putra-putri dan menyiapkan segala sesuatu untuk hari raya lebaran akan datang ini.Untuk biaya pendidikan, sekarang memang tidak ada kata yang sederhana. Kalau ingin masuk perguruan tinggi yang baik, bayarannya pun juga baik. “Alhmadulillah, sudah ada Yayasan Pendidikan Sumatera Barat yang sudah dirintis oleh gubernur kita Gamawan Fauzi. Kini juga sudah ada asrama yang memadai bagi mahasiswa Minang yang kuliah di Kairo, Mesir. Bea siswa dari berbagai pihak, baik pemerintah maupun lembaga dan bahkan perorang serta asosiasi urang rantau seperti Gesor dan pribadi-pribadi tokoh yang mampu, sudah berjalan sejak masa lalu.
Tapi, akibat gempa kemarin, ekonomi kita tergoncang, maka semakin banyak orang tua yang tidak mampu mengantarkan anaknya studi mengejar cita-cita masa depan masuk perguruan tinggi. Mimpi indah menjadi sarjana dan anak muda yang terampil bagi anak-anak mereka terasa semakin sulit dan riskan. “Maka bila jumlah beasiswa itu hanya sebanyak quota seperti yang tahun sudah, maka akan banyak remaja muda kita kita yang tidak mengecap pendidikan tinggi. Seka rang setiap hari media lokal menga barkan hal itu,” demikian Shofwan. (501/503)