:::HARIAN SINGGALANG ONLINE :::
Jumat, 03 September 2010
Kongres Kebudayaan Disepakati Ditolak
Padang, Singgalang
Kongres Kebudayaan Minangkabau (KKM) 2010 disepakati ditolak dalam sebuah rapat yang dihadiri Wakil Gubernur Sumbar, Muslim Kasim. Buah pikiran Gebu Minang yang semula untuk kongres disarankan dibahas dalam Mubes organisasi itu, Desember mendatang.
Demikian kesimpulan yang dapat ditarik dalam rapat khusus di Gubernuran yang berlangsung, siang hingga Jumat sore (3/9). Hadir dalam rapat itu, Ketua LKAAM Sumbar Sayuti Dt Rajo Penghulu, Sekretaris MUI Prof. Yaswirman, Ketua dan Sekretaris Bundo Kanduang, Raudha Thaib.
Hadir pula tokoh masyarakat Basril Djabar, budayawan Wisran Hadi, Darman Moenir, serta para cendikiawan muslim dari berbagai organisasi antara lain, Zamhar Baheram, Shofwan Karim Elha, Zaili Asril. Juga hadir Hasril Chaniago, Rian D’Kincai, Muhammad Ibrahim Ilyas dan lainnya.
Sementara dari perantau hadir Dasrul Lamsuddin, Suhatmansyah, Marwan Paris, Zul dan Firdaus Umar. Pertemuan dimoderatori Shofwan Karim dan Basril Djabar.
Kedua belah pihak menyampaikan isi hatinya. Pada akhirnya, didapat kesimpulan KKM, ditolak karena berbagai alasan. “Kambuik lah sudah mansiang dicari,” itu antara lain alasan penolakan. Alasan berikutnya, ada indikasi upaya menggeser berbagai lembaga adat dan agama yang ada, termasuk di nagari.
Berikut, KKM ditolak karena saat ini Sumbar sedang gulana pascagempa. Ada 181 ribu rumah yang perlu diperbaiki. Rehab rekon rumah, infrastruktur, ekonomi dan sosial budaya, sedang dilakukan. Karena itu, pemerintah diminta untuk fokus pada hal tersebut, bukan pada hal lain. Urgensi KKM belum menemukan momennya saat ini. Banyak sekali alasan yang muncul, misalnya, materi yang ditawarkan panitia KKM tidak mendesak dibahas. Banyak persoalan yang mesti dikaji lebih mendalam. Jika suatu hari nanti akan KKM, maka materinya harus bersumber dari persoalan yang hidup di masyarakat nagari-nagari, bukan yang diasumsikan oleh perantau.
Tim Lima dari rantau memahami sepenuhnya keberatan orang kampung. Mereka akan menyampaikan hasil pertemuan ke Jakarta, guna dibahas lebih lanjut.
Dalam pertemuan kemarin sore itu, berkembang pula pembicaraan soal caki-maki tentang ulama dan ninik mamak di dunia maya. Ini, terutama muncul di rantau.net dan sebagainya. Ketua LKAAM, tidak bisa menerima caci-maki tersebut.
Dengan budayawan Basril Djabar kemudian tidak menambah dan tidak mengurangi hasil rapat itu. Hal apa adanya itulah yang ia sampaikan dalam berbuka bersama antara Pemprov Sumbar dengan budayawan, wartawan dan seniman, Jumat malam di Gubernuran. Hadirin menyabut antusias apa yang disampaikan Basril. Namun ada seseorang yang setelah acara menanyakan apa alasan sebenarnya penolakan KKM tersebut. Padahal ia datang pada acara berbuka itu untuk mendukung KKM. Ini, dilandasi, persoalan di kampungnya yang sudah rumit dan pemangku adat tinggal diam. Malah aparat kepolisian bertindak dengan mengabaikan pemangku adat. Ia melihat LKAAM tidak bekerja selama ini, hanya melagak-lagak saja.
Sejumlah budayawan dan seniman, menilai keputusan menolak KKM itu sebagai sesuatu yang tepat, karena KKM berpotensi memecah-belah Minangkabau. Mereka mengusulkan agar buah pikiran Gebu Minang dibahas dalam seminar sebagai rangkaian dari Mubes organisasi itu. Hasil seminar tadi dibukukan dan disebar ke seluruh nagari.
Dari hitung-hitungan sejumlah pihak, KKM yang akan dilaksanakan September 2010 itu, setidaknya akan menghabiskan biaya Rp3 miliar, bahkan bisa lebih. Biayanya tentu dari Pemprov Sumbar. Pemprov sejauh itu tidak menganggarkannya baik dalam APBD 2010 ataupun dalam APBD perubahan. Karena itu, pemerintah jelas tidak bisa membiayainya, entah kalau tahun-tahun mendatang. (003)