Kehadiran Obama Memang ‘Menyihir’

http://www.hariansinggalang.co.id/sgl.php?module=detailberita&id=1794

Kamis, 11 November 2010
 
Kehadiran Obama Memang ‘Menyihir’
Shofwan Karim

JAKARTA – Barack Hussein Obama disambut tepuk tangan gemuruh oleh sekitar 2.000 undangan di auditorium utama Universitas Indonesia (ui) Depok, Rabu (10/11) sekitar pukul 09.30 WIB.
Saya begitu dekat dengannya, namun tak bisa disentuh. Pengawalan begitu ketat dan Obama berjalan ringan. Para tokoh yang memenuhi auditorium UI, terkesima.
Dan, mana pula ada presiden asing mau berbahasa Indonesia. Yang satu ini beda. Ia seolah menyeret sejarah ke pentas yang gilang gemilang di Rabu kemarin. Kata-kata selamat pagi, assalamualaikum, bakso, sate, miso, Hotel Indonesia, Sarinah, pulang kampung nih, fasih diucapkan Obama.
Ia mengenang masa kecilnya, tapi ia — itulah sayangnya—tak datang ke SDnya dulu. Namun di UI kemarin, Obama telah menjawab banyak hal.
Muncul dari back-drop berjejer bendera Amerika-Indonesia di tiang-tiang pendek, diapit Merah Putih lebar di kiri-kanan pentas utama, dengan cerianya Barack “Berry” Obama senyum lebar sambil melambaikan tangan dan langsung ke podium tempat ia menyampaikan pidato sekitar 40 menit yang ‘menyihir’ para hadirin.
Di lantai dasar di hadapan pentas podium Obama seluas sekitar 20 kali 30 meter, dibatasi dua ruangan sebatas bahu duduk di kursi.
Bagian paling depan pada ruangan itu, duduk para alumni Amerika. Mereka yang baru pulang sekolah dari Amerika dan bebera alumni senior serta sahabat-sabahabat masyarakat Amerika di Indonesia.
Ruangan kedua, tempat saya duduk sederet dengan mantan Presiden Habibie, Mendiknas M. Nuh, di hadapan deretan Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsudin, bersama berbagai kalangan dan unsur masyarakat Indonesia, merupakan tokoh masyarakat Indonesia di situ saya duduk bersebelahan dengan pendiri Pusat Kajian Amerika, Pia Alisyahbana, Menteri Tenaga Kerja Muhaimin Iskandar,mantan Menteri Ekonomi beberapa kabinet Suharto, Emil Salim, Menteri Peranan Wanita Linda Gumelar, sosiolog UI Imam Prasojo dan budayawan Jaya Suprana.
Tepat di belakang saya duduk Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsudin, mantan Gubernur Bank Indonesia, Anwar Syamsudin, mantan Mendiknas Yahya Muhaimin dan puluhan guru besar berbagai perguruan tinggi Indonesia.
Deretan berikutnya pada bagian ini tampaknya para sahabat Obama, terutama alumni SD Menteng tempat Obama sekolah di era 1967-1971.
Di sudut kiri dan kanan lantai dasar ini ratusan aktivis LSM, ormas, pemuda, pejabat negara, menteri dan 20 relawan Peace Corp Amerika yang akan melakukan pengabdiannya di Jawa Timur.
Di balkon atas belakang, kiri dan kanan ratusan dosen perguruan tinggi di Jakarta dan sekitarnya, aktivis mahasiswa dan pemuda.
Biasanya untuk sampai dan masuk ke ruangan ini amatlah mudahnya, tetapi untuk hajatan mengikuti pidato Obama tidaklah mudah.

Tiba tengah malam
Kemarin semua undangan dari luar Jakarta sudah masuk kota sampai tengah malam. Para undangan pagi-pagi Rabu kemarin sudah berkumpul di Parkir Timur Senayan Jakarta, di belakang Hotel Sultan. Ada yang sudah datang pukul 05.00 WIB, tetapi kebanyakan pukul 06.00 WIB. Di tempat ini sudah menunggu 20 yang akan membawa undangan.
Saya sengaja menginap di Hotel Century. Dari sini hanya lima menit dengan mobil. Beberapa petugas menyambut dan meminta diperlihatkan ticket. Bus yang akan dimasuki disesuaikan dengan warna dan status tamu. Saya tamu VIP warna hijau, naik bus warna hijau nomor 21. Tepat pukul 06.45 bus pun bergerak.
Dalam jarak beberapa ratus meter di kiri dan kanan jalan arah kampus UI sudah ada penjaga berpakaian dinas polisi dan lainnya.
Semakin dekat ke Kampus UI Depok, semakin dekat jarak antara kelompok penjaga satu dan lainnya. Sesampai di kawasan kampus, bus kami tidak langsung ke lokasi acara tetapi berkeliling dulu ke jalan lain, baru sampai ke depan salah satu gerbang auditorium. Kemudian bus beranjak ke tempat parkir yang jauh dan kami masuk pintu pemeriksaan detektor.
Mungkin karena sudah diseleksi sedemikian rupa waktu listing undangan, dan sudah diberi tahu apa yang boleh dibawa, semua undangan lancar-lancar saja melewati screen pemeriksaan.
Setiap rombongan penumpang bus yang sudah lewat pintu screening disambut dua anak muda bertanda petugas mendampingi langkah kami arah ruangan dan sekitar 20 sampai 30 meter disambut beranting petugas berikutnya.
Untuk VVIP dan VIP masuk satu track dan undangan lain menurut tracknya pula ke bagian mana mereka disediakan tempat duduk.
Kiri- kanan track tadi dibatasi jaringan fiber berselimut kain hitam jarang setinggi pinggang.
Di deretan bagian VIP kursi kami sudah disediakan. Kami sampai di sini sekitar pukul 08.30 WIB. Biasalah, tegur sapa sesama undangan seperti reuni, layaknya. Orang yang sudah lama tak bertemu, berjumpa lagi disini.
Seperti kemarin malam, di Istana Negara, Megawati yang lama tak bersua duduk satu deretan. Kami berguyon dan ngomong ngalor ngidul sekitar satu jam.
Tepat pukul 09.30 WIB, setelah gemuruh tepuk tangan dan lambaian rindu, bagaikan anak muda pulang dari perantauan, penuh sumringah, Obama mengucapkan assalamualaikum dan salam sejahtera.
Obama memulai dengan nostalgia masa lalu. Mulai dari masa kecilnya di SD Menteng, tempat tinggalnya dengan ibu dan ayah tiri serta adik tiri di Menteng Dalam. Inilah kisah nostalgia yang memukau sekaligus memesona. Muncul keakraban tanpa dibuat-buat.
“Inilah negeri yang sangat berkesan bagi saya,” kata Presiden negara adidaya yang pagi kemarin tidak didampingi Ibu Negara Michelle Obama.
Sebagian joke-joke pada acara sebelumnya masih diulanbgi Obama pagi itu. Kemudian dia mengatakan ingin menyatakan tiga hal di depan publik Indonesia yang sangat terhormat.
Berry…Berry… Obama melambaikan tangannya dengan sumringah.
Setelah menutup dengan assalamualaikum, dia bergegas melangkah turun dari pentas dan menyalami hadirin sepanjang deretan pertama kursi paling depan di sela-sela kucindan manih dan ucapan keramahtamahan ikhlas dan prima. Obama, memang sosok yang amat mengesankan. (*)

Diterbitkan oleh Home of My Thought, Talk, Writing and Effort

Mengabdi dalam bingkai rahmatan li al-alamin untuk menggapai ridha-Nya.

%d blogger menyukai ini: