Piramida Berimbang

Rabu, 24 Agustus 2011
Piramida Berimbang
H. SHOFWAN KARIM

IBARAT samudera luas tak bertepi, begitu pula dalam memahami Alquran. Tak salah kalau ada yang berpendapat, makna sentral Ramadhan sebenarnya terletak pada turunnya wahyu pertama, Alquran.

Memahami Quran, lebih indah dan nyaman dimulai dari hal yang kelihatan kecil dan sederhana, seterusnya menuju ke kehidupan seluruh makhluk dan manusia yang luas serta jagat raya sistem universal dan semesta alam.

Pada QS 2: 3-5 ada 5 ajaran pokok Islam. Tiga pertama ajaran bersifat teori motivasi, yaitu (1) beriman kepada Allah, (2) beriman kepada kitab wahyu-Nya, (3) beriman kepada hari akhirat. Dua yang lain adalah ajaran aplikasi-praktik, amal-aktual, yaitu (1) mendirikan shalat, dan (2) membelanjakan sebagian dari apa yang diberikan oleh Allah kepada manusia.

Beberapa pendapat mengemukakan, ajaran teori-motivasi yang tiga awal tidak fungsional dalam kehidupan, kalau dua ajaran praktikum belakangan tadi tidak secara simultan dilaksanakan.
Maka secara konsisten Alquran mengulang pada banyak ayat dalam surat surat lainnya menggesa kita utuk mendirikan shalat dan bayarkan zakat.

Ada 59 ayat tentang shalat dan sebagian besar diiringi dengan menunaikan zakat. Ayat-ayat zakat pun jumlahnya cukup banyak.

Pemberian sesuatu kepada orang lain berifat materil, sejumlah uang atau dana selalu disebut (1) infak, artinya membelanjakan harta, (2) zakat, artinya pertumbuhan dan pensucian, (3) sedekah berasal dari kata sidq atau kebenaran, kita sebut sedekah, (4) ihsan, artinya berbuat baik.
Islam membuat konsepsi tentang dana secara luas. Dengan sejumlah uang dapat berbuat baik kepada sesama manusia. Di antaranya memerdekakan budak (QS,90:13, 2:177). Memberi makan kepada fakir-miskin (64:34, 90:11-16, 107:1-3). Memelihara anak yatim (17:34, 76:8, 90:15, 93:9, 107:2).

Selain itu Alquran menyatakan betapa pentingnya perbuatan bermurah hati dalam hal yang sederhana dan kecil-kecil. Itulah sebabnya orang yang enggan berbuat ma’un (107:7) yang artinya sedekah kecil, oleh Alquran disindir sebagai orang yang melalaikan ruh shalat.
Namun senada dengan itu, orang yang berkata sopan, lemah lembut dan menyenangkan dengan penuh keramahan, dinyatakan pula sebagai sedekah (2:83, 4:8). Sekaligus itulah makna ihsan atau berbuat baik, meski kecil-kecil.

Di dalam hadist diperhalus lagi. Menyingkirkan apa saja yang menggangu jalan umum atau lalu lintas, itu dianggap sedekah (Bukhari, 53:11). Bahkan ada hadist yang menyentuh bahwa setiap matahari terbit dan menyinari badan manusia, itu adalah menerima sedekah.

Begitu pula berbuat adil sesama manusia juga disebut sedekah (Bukhari, 53:11). Membantu orang naik dan menaikkan barangnya ke kuda atau unta adalah sedekah. Ucapan ramah dan sopan adalah sedekah. Tiap langkah untuk tunaikan shalat adalah sedekah. Menunjukkan arah atau jalan kepada orang lain juga sedekah (Bukhari, 56:72, 128). Oleh Imam Ahmad (II: 9), bahkan mengucapkan salam, menyuruh orang berbuat baik dan mencegah berbuat mungkar juga sedekah.
Semua hadist Rasulluah yang mengisyaratkan semua perbuatan baik dan benar kepada diri, keluarga, orang lain atau masyarakat dan komunitas bangsa serta ummat secara amat luas, maka itu semua adalah sedekah. Dengan begitu, Ramadhan yang dipahami sebagai salah satu pilar pokok agama Islam, memberi peluang amat luas untuk kita layari samudera tak bertepi ini dengan nyaman, tenteram dan tawadhuk.

Akan tetapi karena Islam merupakan suatu sistem yang rapi, maka dengan rujukan Alquran dan sunnah Rasulullah, sedekah itu dibagi dua. Sedekah sunat dan sedekah wajib. Yang sunnah adalah seperti yang telah diuraikan di atas tadi.

Tetapi yang wajib, itulah yang kita sebut sebagai zakat dengan ukuran dan kurun waktu serta jumlah nominal tertentu. Yang kedua adalah fitrah (zakat-fithrah) yang dikeluarkan setiap manusia yang bernyawa sebagai kewajiban pribadi atau orang yang menjadi walinya. Itupun ada kondisinya. Ada tenggat waktu, yaitu antara awal Ramadhan sampai akhir Ramadhan sebelum shalat pagi hari raya Idul Fitri 1 Syawal tahun yang berjalan.

Bila di luar Ramadhan, maka hal itu jatuh kepada kategori sedekah biasa. Kelihatanlah, dari panorama tadi keterkaitan kompak dan padu antara shalat, zakat dan puasa Ramadhan bagaikan piramida tiga siku yang berimbang dan harmonis.
Wa Allah al-’alam bi al-shawab. (*)

[ Kembali ]

Diterbitkan oleh Home of My Thought, Talk, Writing and Effort

Mengabdi dalam bingkai rahmatan li al-alamin untuk menggapai ridha-Nya.

%d blogger menyukai ini: