Khutbah ‘Idul Fitri, 1 Syawal 1434 H-8 Agustus 2013
PHBI Kabupaten 50 Kota, Sumbar
MEREKAT UKHUWAH MEREBUT KEMENANGAN
Oleh DR. H. Shofwan Karim, M.A.
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الله اكبر ٩مرات
إن الحمد لله نحمده ونستعينه ونستغفره ونكبره ونقول الله أكبر الله أكبر و لله الحمد الله أكبر كبيرا والحمد لله كثيرا وسبحان الله بكرة وأصيلا. الحمد لله الذي شرع للناس عيدا مباركا ونعيما مشكورا ويوما مسرورا .أشهد أن لا اله الا الله وحده لا شريك له وأشهد أن محمدا عبده ورسوله لا نبي بعده. والصلاة والسلام على من أرسله الله رحمة للعالمين بشيرا ونذيرا وعلى آله وصحبه ومن تبعهم باءحسان الى يوم الدين مؤمنا ومخلصا . أما بعد فيا عباد الله أوصيكم
واياي بتقوي الله فقد فاز المتقون
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
Maasyiral muslimin wal muslimat rahimakumullah;
Allahu Akbar, Allahu Akbar, wa Lillahilhamd
Jamaah Idul Fitri yang berbahagia!
Pagi ini kita bersama-sama bergembira menyambut kedatangan ‘Idul Fitri 1434 H. Dengan bersemangat kita mengumandangkan kalimat-kalimat suci mengagungkan asma Allah SWT.
وَمَنْ يُعَظِّم شَعَاءِرِاللهِ فَااِنّهَاَ مِنْ تَقْوَى الْقُلُوب.
Dan siapa yang mengagungkan dan mensyiarkan Allah, maka sesungguhnya itulah hati yang taqwa. Dosa dan noda kita, mudah-mudahan sudah dibakar selama sebulan Ramadhan penuh. Mudah-mudahan kita sudah menyandang predikat muttaqiin. Kita tumbuh dan lahir kembali seakan-akan seperti seorang bayi yang baru hadir ke dunia. Kullu mauludin yuladu alal fithrah. Sejalan dengan itu kita menjadi bersih, suci sesuai dengan fithrah. Itulah sebabnya Hari Raya ini dinamai ‘Idul Fithri, artinya kembali ke fitrah. Kembali kepada hakikat kejadian kita yang suci murni.
QS, Al-Rum, 30:30.
فَأَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفًا فِطْرَتَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا لَا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللَّهِ ذَٰلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ
Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui,
Maasyiral Muslimin wal muslimat rahimakumullah;
Allahu Akbar, Allahu Akbar, wa Lillahilhamd
KESEIMBANGAN HABL MIN ALLAH WA HABL MIN AL-NAS
Sekarang mari kita pertahankan kefithrahan kita dengan menyeimbangkan kehidupan batiniah dan lahiriah. Di antaranya kesalehan pribadi dan sosial yang sangat menentukan kemuliaan seseorang. Islam sangat tegas menghubungkan dua ruang kehidupan tersebut. Dalam Surat Ali Imran (QS, 3:112) Allah menegaskan bahwa orang yang tidak dapat menjaga keseimbangan antara hubungan dengan Allah dan hubungan dengan sesama manusia mereka adalah orang yang hina.
ضُرِبَتْ عَلَيْهِمُ الذِّلَّةُ أَيْنَ مَا ثُقِفُوا إِلَّا بِحَبْلٍ مِنَ اللَّهِ وَحَبْلٍ مِنَ النَّاسِ
“Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka berpegang kepada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia…” (Q.S. Ali Imran 3:112).
Hablun minallâh dapat dikategorikan sebagai ruang pribadi, dan hablun minannâs sebagai ruang publik. Antara keduanya harus ada sinergi. Orang yang saleh secara pribadi, diharapkan akan saleh juga dalam ruang publik dan kehidupan sosial. Begitu juga sebaliknya.
Maka merayakan Idul Fithri, sekarang semakin nyata sebagai bentuk pelahiran dari kesalehan pribadi dan kesalehan sosial. Bila dihitung dan dikumpulkan, berapa triliyun biaya sosial atau social-cost untuk pulang kampung atau pulang mudik, pembagian THR, zaat, fitrah, infaq, sadakah, hadiah dan pengeluaran lainnya setiap lebaran Idul Fitri.
Tahun ini, menurut survey di 12 kota utama, potensi Arus Mudik dengan berbagai moda transportasi ada 20 juta orang. Dari Jakarta saja ada 6 juta warga yang mudik ke kampung hlaman. Dan untuk yang tinggal di kampuang dan nagari, betapa persiapan untuk merayakan hari yang fithri ini. Itu semuanya, lain tidak untuk memelihara dan memperkokoh ukhuwah dan silaturrahim.
Di sinilah letak pentingnya makna hakiki dan simbolik menjaga ukhuwah Islamiyah.
Firman Allah,
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat. (QS, Al- Hujurat, 49: 10)
Di dalam kajian sumber dan rujukan, kosa kata ukhuwah Islamiyah, persaudaraan Islam, dapat kita bagi sebagai berikut. Ukhuwah imaniyah, yaitu persaudaraan sesama seiman. Ukhuwah insaniyah, yaitu persaudaraan kemanusiaan, meski imannya berbeda. Ukhuwah sya’biyah wa wathoniyah, yaitu persaudaraan sebangsa dan setanah air. Dan ukhuwah qaumiyah, yaitu persaudaraan sekampung dan senagari.
Mari kita coba merenung-ulang konsepsi ukhuwah qaumiyah, yaitu persaudaraan sekampung atau senagari.
Menurut ahli sejarah, Islam mula-mula masuk ke Sumatera, yang mungkin juga ke Minangkabau pada awalnya, sudah ada pada abad ke-7. Kemudian terhenti, lalu masuk lagi abad ke-13, dan terhenti, kemudian masuk lagi di akhir abad ke-16 dan awal abd ke-17, secara resmi Islam dianut Raja Sultan Alif. Lalu Islam terus tumbuh, berkembang dan mengalami kemajuan sampai abad ke-21, zaman kita sekarang ini.
Minangkabau yang menjunjung tinggi, “Adat basandi syara’, syara’ basandi kitabullah”, sejak ujung masa Paderi, telah mengalami pasang naik dan pasang surut silih berganti.
Namun para ahli sejarah mengakui bahwa Minangkabau adalah suatu republik yang berbasiskan nagari. Nagari maju karena anak nagari yang dipimpin oleh tigo tunggu sajarangan, tigo tali sapilin. Ninik-mamak, nan gadang basa batuah. Alim-ulama, suluah bendang dalam nagari. Cadiak pandai nan tau diundang jo limbago. Mereka mambari pituah jo adat nan sati, agamo nan qawi, dan ilmu nan arif bijaksano. Senantiasa mambenteng adaik jo ugamo.
Mereka memiliki otoritas atau kewenangan untuk memajukan nagari yang didukung penuh oleh bundo kanduang, limpapeh rumah nan gadang, pusek jalo pumpunan ikan, pai tampek batanyo, pulang tampek babarito. Lapa tampek minta nasi, hauih, tampek minta aie.
Di dukung penuh oleh anak-nagari yaitu rang mudo-mudo. Muluik manih, kucindan murah, nan tau di ereng jo gendeang, parami alek jo balai, parancak labuah jo tapian. Ditopang pula oleh rang sumando, yang berkarakter ninik-mamak, nan capek kaki, ringan tangan. Didukung penuh oleh rang rantau nan salalu maambiak contoh ka nan sudah, maambiak tuah ka nan manang, nan jauh bajalan banyak diliek, lamo iduik banyak dirasai, nan tahan dago jo dagi dan kuaik mancari rasaki.
Apabila semua pontensi nagari nan terdiri dari tigo tunggu sajarangan, tigo tali sapilin, bundo kanduang, rang mudo, serta rang rantau, dapat terkomunikasi, terkonsultasi, terkonsolidasi dengan rapih dan kompak, mako di situlah nagari manjadi sati, rantau manjadi batuah. Itulah semuanya yang merupakan tulang punggung atau pillar kemajuan nagari dimano anak, kamanakan dan rang kampuang secara keseluruhan, insya Allah hidup dalam kesantausaan.
Maka dengan jiwa semangat Idul Fitri, kita kembali merekat tali persaudaraan dengan ikatan silaturrahim nan ikhlas dan kokoh. Kita rekat hubungan mesra dan kasih sayang antara mamak dan kamanakan, antara ayah dan anak. Antara rakyat dan pemimpin, antara guru dan murid, antara sumando dan mamak rumah dan seterusnya. Antara yang di kampuang nan di rantau. Hubungan yang harmonis, dirajut, dianyam dan direkat dengan tali silaturrahim kokoh kuat bak dipasakkan ka bumi.
Sabda Rasulullah, “man ahabba ayyub sathalahu fi rizqihi wa yun saalahu fi atasrihi fal yashil rahimamahu .”
من احب ان يبسط له في الرزقه وينسءاله في اثره فاليصل رحيمه
Siapa saja yang ingin sekali rezekinya bertambah banyak dan ingin sekali usianya bertambah panjang, maka hubungkanlah tali silaturrahim”.
Untuk memperkokoh ukhuwah islamiyah, wa bil khusus di sini ukhuwah qaumiyah di nagari dengan memelihara tali silatuurahim , maka perlu prasyaratnya atau pra kondisi. Apa itu? Yaitu, kuburkan yang lima dan suburkan yang lima.
Yang lima harus dikuburkan adalah energi negatif yang menjadi musuh dan selalu merongrong ukhuwah dan silaturrahim.
Pertama, kuburkan isyu negatif dan kalau ada, segera lakukan klairifikasi, seperti isyarat Quran Surat al-Hujurat, 49:6.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِن جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا أَن تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَىٰ مَا فَعَلْتُمْ نَادِمِينَ
Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.
Kedua, kuburkan pertikaian kelompok. Bila ada pertikaian cepat lakukan ishlah, seperti QS, al-Hujurat 49: 9.
وَإِن طَائِفَتَانِ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ اقْتَتَلُوا فَأَصْلِحُوا بَيْنَهُمَا فَإِن بَغَتْ إِحْدَاهُمَا عَلَى الْأُخْرَىٰ فَقَاتِلُوا الَّتِي تَبْغِي حَتَّىٰ تَفِيءَ إِلَىٰ أَمْرِ اللَّهِ فَإِن فَاءَتْ فَأَصْلِحُوا بَيْنَهُمَا بِالْعَدْلِ وَأَقْسِطُوا إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ
Dan kalau ada dua golongan dari mereka yang beriman itu bertikai ( berperang) hendaklah kamu damaikan antara keduanya! Tapi kalau yang satu melanggar perjanjian terhadap yang lain, hendaklah yang melanggar perjanjian itu kamu perangi sampai surut kembali pada perintah Allah. Kalau dia telah surut, damaikanlah antara keduanya menurut keadilan, dan hendaklah kamu berlaku adil; sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil.
Ketiga, kuburkan kurenah saling merendahkan atau menjelekkan. QS 49:11
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِّن قَوْمٍ عَسَىٰ أَن يَكُونُوا خَيْرًا مِّنْهُمْ وَلَا نِسَاءٌ مِّن نِّسَاءٍ عَسَىٰ أَن يَكُنَّ خَيْرًا مِّنْهُنَّ وَلَا تَلْمِزُوا أَنفُسَكُمْ وَلَا تَنَابَزُوا بِالْأَلْقَابِ بِئْسَ الِاسْمُ الْفُسُوقُ بَعْدَ الْإِيمَانِ وَمَن لَّمْ يَتُبْ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ
Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.
Keempat, kuburkan rasa sak wasangka.
Firman Allah,mQS, 49: 12.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِّنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَب بَّعْضُكُم بَعْضًا أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَن يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَّحِيمٌ
Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.
Kelima, kuburkan prilaku suka berbohong, sifat munafiq.
Seorang Muslim harus menjauhi segala macam bentuk kebohongan, baik dalam bentuk pengkhianatan, ingkar janji, kesaksian, palsu, fitnah, gunjing ataupun bentuk-bentuk kebohongan lainnya. Antara kebohongan dengan iman memang tidak dapat disatukan sama sekali. Oleh sebab itu kebohongan termasuk salah satu sifat orang munafik.
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ عَنِ النَّبِىِّ – صلى الله عليه وسلم – قَالَ آيَةُ الْمُنَافِقِ ثَلاَثٌ إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ ، وَإِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ ، وَإِذَا اؤْتُمِنَ خَانَ
Dari Abu Hurairah, bahwa Nabi SAW bersabda, “Tanda-tanda orang munafik ada tiga: jika berbicara ia berbohong, jika berjanji ia mengingkari, dan jika diberi amanah ia berkhianat”. (H. Muttafaqun ‘alaihi).
Jangankan membohongi masyarakat atau bangsa, apalagi umat manusia, berbohong kepada seorang anak kecil pun tidak dibenarkan oleh Islam.
Dalam sebuah riwayat Ahmad Rasulullah SAW bersabda:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ مَنْ قَالَ لِصَبِيٍّ تَعَالَ هَاكَ ثُمَّ لَمْ يُعْطِهِ فَهِيَ كَذْبَةٌ *
“Diriwayatkan dari Abu Hurairah, dari Rasulullah SAW, beliau bersabda: “Barangsiapa yang berkata kepada anak kecil, mari kemari, saya beri korma ini. Kemudian dia tidak memberinya,maka dia telah membohongi anak itu” (H.R. Ahmad).
Sebaliknya, marilah kita tumbuh kembangkan lima sifat positif yg memberi enerji dan kekuatan ukhuwah, silaturrahim dan kasih sayang, dengan hal-hal sebagai berikut:
Pertama, selalu bertaaruf, dekat dengan sesama, dalam pengenalan yang sempurna antara satu dan lain.
QS, 49:13.
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُم مِّن ذَكَرٍ وَأُنثَىٰ وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.
Kedua, dasarilah ukhuwah dan peliharalah kasih sayang itu dengan keimanan dan keikhlasan .
“la yu’minu ahadukum, hatta yuhibba li akhihi, kama yuhibbu linafsih” .
Tidak sempurna keimanan sesseorang kamu, sehingga kamu mengasihi saudaramu sebagaimana kamu mengasihi dirmu sendiri.
Ketiga, terus menerus menjaga sifat amanah, satu sifat yang tidak dapat dipisahkan dari keimanan.
Rasulullah SAW menegaskan tidak ada iman bagi orang yang tidak amanah.
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ مَا خَطَبَنَا نَبِيُّ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَّا قَالَ لَا إِيمَانَ لِمَنْ لَا أَمَانَةَ لَهُ وَلَا دِينَ لِمَنْ لَا عَهْدَ لَهُ
“Diriwayatkan dari Anas ibn Malik, dia berkata, tidaklah Nabi berkhotbah kepada kami kecuali beliau mengatakan: “Tidak (sempurna) iman seseorang yang tidak amanah, dan tidak (sempurna) agama orang yang tidak menunaikan janji” (H.R. Ahmad).
Amanah dalam pengertian yang sempit adalah memelihara titipan dan mengembalikannya kepada pemiliknya dalam bentuk semula. Sedangkan dalam pengertian yang luas amanah mencakup banyak hal: Menjaga rahasia, tidak menyalahgunakan jabatan, menunaikan kewajiban dengan baik dan memelihara semua nikmat yang diberikan oleh Allah SWT.
Keempat, tali silaturrahim harus dibuhul dengan tali hati. Hati yang jernih dan suci dan saling memaafkan.
Hujjatul Islam, Abû Hâmid al-Ghazâlî,
“innal fil jasadi al-mudghah, iza shaluhat, shaluhatil jasadu kulluh. Pa iza fasadat, fasadatil jasadu kulluh, fainnama hiya al-qalb.”
Sesungguhnya di dalam tubuh itu ada sebungkal darah. Apabila sebungkal darah itu baik, maka baiklah jasad itu secara keseluruhan. Apabila sebungkal darah itu rusak, maka rusak pulalah tubuh itu secara keseluruhannya. Maka, apakah sesungguhnya sebungkal darah itu? Ia adalah hati sanubari.
Hati yang suci tentu penuh dengan kebaikan suka membagi, menahan emosi dan salng memaafkan. Frman Allah, (QS, Ali Imran, 3 : 133-134)
وَسَارِعُوا إِلَىٰ مَغْفِرَةٍ مِّن رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ
Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa,
الَّذِينَ يُنفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ
(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.
Begitu pula, mari kita renungkan sabda Rasulullah saw,
ثلاثة من مكارم الاءخلاق ، ان تعافوا عن من ظلامك، ان تعطي عن من حرامك و ان تصل عن من قطاعك
Adalah tiga macam hal yang merupakan sebaik-baik akhlak. Memaafkan orang yang menzalimi engkau, memberi kepada orang yang tidak pernah memberi kepada engkau dan menghubungkan tali silaturrahim kepada orang yang suka memutuskan tali slaturrahim kepada engkau.
Kelima, marilah kita saling tolong menolong dalam kebajikan, alkhair wal mkruf dan tidak sekali-kali bertolong-tolongan dalam hal dosa, fahsya’ wal mungkar. Marilah saling memberi dan menerima. Jangan ada jurang dalam antara miskin dan kaya. Mari saling berbagi.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُحِلُّوا شَعَائِرَ اللَّهِ وَلَا الشَّهْرَ الْحَرَامَ وَلَا الْهَدْيَ وَلَا الْقَلَائِدَ وَلَا آمِّينَ الْبَيْتَ الْحَرَامَ يَبْتَغُونَ فَضْلًا مِّن رَّبِّهِمْ وَرِضْوَانًا وَإِذَا حَلَلْتُمْ فَاصْطَادُوا وَلَا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَآنُ قَوْمٍ أَن صَدُّوكُمْ عَنِ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ أَن تَعْتَدُوا وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَىٰ وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syi’ar-syi’ar Allah, dan jangan melanggar kehormatan bulan-bulan haram, jangan (mengganggu) binatang-binatang had-ya, dan binatang-binatang qalaa-id, dan jangan (pula) mengganggu orang-orang yang mengunjungi Baitullah sedang mereka mencari kurnia dan keridhaan dari Tuhannya dan apabila kamu telah menyelesaikan ibadah haji, maka bolehlah berburu. Dan janganlah sekali-kali kebencian(mu) kepada sesuatu kaum karena mereka menghalang-halangi kamu dari Masjidilharam, mendorongmu berbuat aniaya (kepada mereka). Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat rang berat siksa-Nya.
KHULASAH-KHATIMAH-PENUTUP
Begitulah, dengan kembali kepada kemenangan yg fithri ini, minal aidini wal fa izin, hari ini, kita perkokoh ukhuwah dan silatuurahim antara rang rantau dan yang tinggal di kampuang dan nagari. Kita kubur energi negatif, fitnah dan hasutan, kita benam segala pertikaian, kita campakkan jauh ucapan saling mencurigakan dan merendahkan yang lain, kita bakar sifat sak sangka, kita hancurkan sifat suka bohong.
Sebaliknya, mari kita hidup suburkan dan tumbuh-kembangkan energi positif ukhuwah dan silaturrahim antara sesama yang di kampuang dan nagari dan dengan yg rantau. Yaitu dengan selalu bertaarruf, berbasis iman dan keikhalasan, hati yang suci bersih, sifat amanah, saling tolong menolong dan saling berbagi untuk kebaikan.
Demikianlah, kiranya setelah ramadhan ini, setelah 1 Syawal ini kita isi kesucian diri dengan energi positif itu semua dan menjauhkan energi negatif yang merusak tadi.
Dengan begitu mari kita rekat ukhuwah Islamiyah, perkokoh silaturrahim untuk kebersamaan dan untuk kemenangan bersama.
Disitulah akan tampak panorama, bumi sanang padi manjadi, jaguang maupiah, taranak bakambang biak. Setiap warga senantiasa memperlihatkan parangai elok baso katuju, anak dipangku kamanakan dibimbiang, rang kampuang dipatenggangkan.
Di dalam kebersamaan itulah kita senantiasa berlomba-lomba untuk kebaikan, fastabiqul khairat !
Wa Allahu al-Musta’ân. Allahu Akbar, Allahu Akbar, La Ilaha Illallah , Allahu Akbar, Allahu Akbar Wa Lillahil Hamd.
MARIAH KITA BERDOA’A MEMOHON AMPUN DAN PETUNJUK SERTA BIMBINGNGAN TERUS MENERUS KEPADA ALLAH SWT UNTUK KEBAIKAN KITA SEMUA:
اللّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَأَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنَهُمْ وَأَلِّفْ بَيْنَ قُلُوْبِهِمْ وَاجْعَل فِي قُلُوْبِهِم الإِيْمَانَ وَالْحِكْمَةَ وَثَبِّتْهُمْ عَلَى مِلَّةِ رَسُوْلِكَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمْ وَأَوْزِعْهُمْ أَنْ يُوْفُوْا بِعَهْدِكَ الَّذِي عَاهَدْتَهُمْ عَلَيْهِ وَانْصُرْهُمْ عَلَى عَدُوِّكَ وَعَدُوِّهِمْ إِلهَ الْحَقِّ وَاجْعَلْنَا مِنْهُمْ
Ya Allah, ampunilah kaum mukminin dan mukminat, muslimin dan muslimat, perbaikilah di antara mereka, lembutkanlah hati mereka dan jadikanlah hati mereka keimanan dan hikmah, kokohkanlah mereka atas agama Rasul-Mu SAW, berikanlah kepada mereka kemamampuan untuk menunaikan janji yang telah Engkau buat dengan mereka, menangkan mereka atas musuh-Mu dan musuh mereka, wahai Allah yang maha benar, jadikanlah kami termasuk di antara mereka.
اللَّهُمَّ أَصْلِحْ لَنا دِيْنَنَا الَّذِي هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِنا وَأَصْلِحْ لنا دُنْيَانا الَّتِي فِيهَا مَعَاشُنَا وَأَصْلِحْ لنا آخِرَتنا الَّتِي فِيهَا مَعَادُنا وَاجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لنا فِي كُلِّ خَيْرٍ وَاجْعَلِ الْمَوْتَ رَاحَةً لنا مِنْ كُلِّ شَرٍّ
Ya Allah, perbaikilah sikap keagamaan kami sebab agama adalah benteng urusan kami, perbaikilah dunia kami sebagai tempat penghidupan kami, perbaikilah akhirat kami sebagai tempat kembali kami. Jadikanlah kehidupan kami di dunia sebagai tambahan bagi setiap kebaikan. Jadikanlah kematian kami sebagai tempat istirahat bagi kami dari setiap keburukan.
اللّهمَّ حَبِّبْ إلَيْنَا الإيمَانَ وَزَيِّنْهُ فِي قُلُوْبِنَا وَكَرِّهْ إلَيْنَا الْكُفْرَ وَالْفُسُوْقَ وَالْعِصْيَانَ وَاجْعَلْنَا مِنَ الرَّاشِدِيْنَ
Ya Allah, jadikanlah kami mencintai keimanan dan hiasilah keimanan tersebut dalam hati kami. Dan jadikanlah kami membenci kekufuruan, kefasikan dan kemaksiatan dan jadikanlah kami termasuk orang yang mendapat petunjuk.
اللهم عذِّبِ الكَفَرَةَ الذين يَصُدُّوْنَ عَنْ سَبِيْلِكَ ويُكَذِّبُوْنَ رُسُلَكَ ويُقاتِلُونَ أوْلِيَاءَكََّ
Ya Allah siksalah orang kafir yang menghalangi jalan-Mu, dan mendustai rasul-rasul-Mu, membunuh kekasih-kekasih-Mu..
اللّهمَّ أَعِزَّ الإسْلاَمَ وَالمسلمين وَأَذِلَّ الشِّرْكَ والمشركين وَدَمِّرْ أعْدَاءَ الدِّينِ وَاجْعَلْ دَائِرَةَ السَّوْءِ عَلَيْهِمْ يا ربَّ العالمين
Ya Allah, muliakanlah Islam dan umat Islam, hinakanlah syirik dan orang-orang musyrik, hancurkanlah musuh agama, jadikan keburukan melingkari mereka, wahai Rabb alam semesta. Ya Allah, cerai beraikan persatuan dan kekuatan mereka, siksalah mereka, sesungguhnya Engkau berkuasa atas segala sesuatu, wahai Rabb alam semesta.
اللهم فَرِّقْ جَمْعَهُمْ وَشَتِّتْ شَمْلَهُمْ وَخُذْهُمْ أَخْذَ عَزِيْزٍ مُقْتَدِرٍ إنَّكَ رَبُّنَا عَلَى كلِّ شَيْئٍ قَدِيْرٍ يَا رَبَّ العالمين
Ya Allah, cerai beraikan persatuan dan kekuatan mereka, siksalah mereka, sesungguhnya Engkau berkuasa atas segala sesuatu, wahai Rabb alam semesta.
اللهمَّ ارْزُقْنَا الصَّبْرَ عَلى الحَقِّ وَالثَّبَاتَ على الأَمْرِ والعَاقِبَةَ الحَسَنَةَ والعَافِيَةَ مِنْ كُلِّ بَلِيَّةٍ والسَّلاَمَةَ مِنْ كلِّ إِثْمٍ والغَنِيْمَةَ مِنْ كل بِرٍّ والفَوْزَ بِالجَنَّةِ والنَّجَاةَ مِنَ النَّارِ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
Ya Allah, berilah kesabaran kepada kami atas kebenaran, keteguhan dalam menjalankan perintah, akhir kesudahan yang baik dan ‘afiyah dari setiap musibah, bebas dari segala dosa, keuntungan dari setiap kebaikan, keberhasilah dengan surga dan selamat dari api neraka, wahai dzat yang Maha Pengasih.
رَبَّنا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الاخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّار
وصَلِّ اللهمَّ عَلَى عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ مُحَمّدٍ وعلى آلِهِ وصَحْبِهِ وَسلّم والحمدُ للهِ
Wassalamulaikum warahmatullah wabarakatuh.
Balai Talang, Dangung-dangung, Guguak, 50 Kota, 1 Syawal 1434 H-8 Agustus 2013.
DR. Drs. H. SHOFWAN KARIM ELHA, BA., MA., Dosen IAIN IB Padang, 1985 sd. sekarang), Komisaris PT Semen Padang, 2005 sd. sekarang. Mantan Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sumbar, 2000-2005, Mantan PJ dan Rektor Universitas Muhammadiyah Sumbar-UMSB, 2001, 2002, 2004-2005, 2006-2013. Shofwan Karim adalah Menantu alm. Ilyas Amin Dt. Rajo Marajo dan almh Kasimah Kamil (Suku Paga Cancang), Padang Kotogaek. Shofwan adalah suami oleh Dra. Imnati Iilyas, BA., SPd., M.Pd., Kons. (Kandidat Doktor UNP-Penyelesaian).
Selanjutnya lihat, HYPERLINK “http://www.shofwankarim.com”http://www.shofwankarim.com, email: HYPERLINK “mailto:info@shofwankarim.com”info@shofwankarim.com, HYPERLINK “mailto:shofwan.karim@semenpadang.co.id”shofwan.karim@semenpadang.co.id, HYPERLINK “mailto:shofwan.karim@gmail.com”shofwan.karim@gmail.com