Catatan dari Silaknas ICMI 2014 Gorontalo (3) : Inisiatif Lumbung Pemberdayaan Ekonomi Desa

http://hariansinggalang.co.id/inisiatif-lumbung-pemberdayaan-ekonomi-desa/

Tani.NelayanTani

Inisiatif Lumbung Pemberdayaan Ekonomi Desa

Home » Daerah » Inisiatif Lumbung Pemberdayaan Ekonomi Desa

Catatan dari Silaknas ICMI 2014 Gorontalo (3) — Shofwan Karim — MERESPON bantuan perdesa Rp1,4 M yang katanya akan dilakukan pada APBN tahun depan, maka parlu antisipasi konkret. Diperkirakan dari hampir 80 ribu desa dan kelurahan akan beredar uang Rp120 T di seluruh pelosok. Maka ICMI berpikir bagaimana menciptakan lumbung-lumbung pemberdayaan ekonomi di tingkat paling bawah ini.

Tidak ada artinya nanti uang yang beredar di pedesaan yang demikiran besar, kalau rakyat dan masyarakat pedesaan tidak disiapkan. Antara lain sistem yang paling cocok diantaranya adalah sistem ekonomi syariah.

Oleh kerena itu, bagi ICMI terus menerus memperkenalkan dan menghidupkan ekonomi syariah yang melibatkan semua pemangku kepentingan pedesaan adalah suatu keniscayaan bahkan mutlak.

Kewirausahaan

Pada sidang pleno III penguatan sistem ekonomi berdasarkan Pancasila, menjadi narasumber adalah Sugiharto, Ilham Habibie dan Sandiaga Uno. Mereka tidak lagi mengulang pemahaman ideologis tentang ekonomi Pancasila, tetapi lebih kepada praktik nyata dan baik (best-practice) yang kiranya bisa diaktualkan terus menerus.

Mereka tidak ingin terjebak kepada guyonan dan pelesetan bahwa ekonomi Pancasila adalah sistem ekonomi bukan, bukan. Bukan kapitalis, bukan liberalis dan bukan pula sosialis.

Lebih jauh ada yang bilang, ekonomi Pancasila adalah ekonomi regularistik atau ekonomi penuh aturan. Lalu ada lagi ekonomi Pancasila adalah ekonomi kekeluargaan dan dipelesetkan artinya perusahan milik keluarga, untuk dan dari keluarga.
Fokus pembahasan, oleh karen itu adalah kepada apa yang harus dilakukan dan mengambil pedoman kepada praktik-baik yang sudah ada dan mesti dikembangkan lagi.

Di dalam soal best practice ini, ada gamang yang memuncak. Sandiaga Uno mengatakan, meskipun Indonesia berada pada tingkat ke-16 besaran ekonomi dunia, tetapi best-practice cara kita berekonomi berada pada peringkat 116 dari 150 negara, menurut satu sumber penelitian.

Meskipun pertumbuhan ekonomi Idonesia dikatakan telah melahirkan kelas menengah antara 60-70 juta orang dan 60 juta di antaranya sumber daya manusia terlatih, tetapi mereka kalau tidak keseluruhan, sebagian besar adalah mayara kat perkotaan (urban).

Sayangnya perilaku mereka bukan kelas menengah yang sesuai menurut kategori sosiologis apa lagi ideal. Mereka masih banyak tidak taat pajak. Tidak menjunjung nilai kebersihan dan etika bisnis. Tidak suka antre dan taat aturan dan seterusnya.
Parahnya lagi, branding wiraswasta atau wirausaha di Indonesia, lebih kepada label nasib. Wirausaha masih dicap sebagai ketidak beruntungan dan bukan pilihan hidup.

Paling hanya sebagai pilihan terakhir bagi generasi muda, setelah pintu dunia profesi lain tertutup. Mereka yang gagal memilih profesi menjadi PNS, menjadi dokter, insinyur dan lainnya, “ujuk-ujuk” menjadi wiraswasta.
Oleh karena itu, seakan menjawab kegalauan Sandiaga Uno, Ilham Habibie menawarkan ekonomi berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi. The knowledge base economy.

“Ekonomi berbasis pengetahuan” adalah ungkapan yang diciptakan untuk menggambarkan tren di negara maju terhadap ketergantungan lebih besar pada pengetahuan, informasi dan keterampilan tinggi tingkat, dan meningkatnya kebutuhan akses siap untuk semua ini oleh bisnis dan sektor publik.

Tentu saja hal ini sekarang pada kalangan tertentu sedang menjadi trending, tetapi sekali lagi, baru mengalami uji-coba awal dan eksperimen segelintir pada komunitas minoritas di perkotaan.

Ekonomi syariah
Pilihan lain, bagi Sugiharto adalah terus menerus mengembangkan ekonomi syariah. Dengan begitu, apa yang disebut MES (Masyarakat Ekonomi Syariah) harus lebih menggebu-gebu lagi disosialisasikan.
Pada dekade-dekade awal berdirinya ICMI, keuangan dan perbankan Islam menjadi obsesi yang amat mengundang ‘adrenalin’ para cendekiawan dan aktifis serta ekonom muslim.

Berdirinya Bank Muamalat, Bank Syariah dan Baitul Mal wa at-Tamwil (BMT) sejak 1990-an, sudah memberikan pengaruh serta menjadi karya monumental umat Islam Indonesia.

Bayangkan BMT yang secara resmi tahun 2012 berjumlah 4 ribu unit, tetapi menurut perkiraan ICMI, dewasa ini sudah hampir 20 ribu unit di seluruh Indonesia

Sebenarnya, keuangan dan perbankan Islam itu lebih dulu hidup dan berkembang di Malaysia. Bahkan di kalangan umat minoritas muslim Inggris (UK) dan Amerika. Dari situ berkembanglah apa yang kini menjadi populer dan ambisi umat untuk mengembangkan ekonomi Islam yang pada kalangan tertentu disebut ekonomi syariah.

Walaupun share perbankan Islam di Indonesia baru 5 % dan kalah dengan Malaysia yang sudah 20 %, namun semangat untuk berkembang tetap tinggi dan ini harus disambut baik serta disupor terus menerus.

Maka organisasi MES yang sudah ada di 23 provinsi di Indonesia harus digerakkan terus menerus. Situasi yang kondusif semakin tercipta. Kalau dulu pengawasan di tangan Bank Indonesia, sekarang lebih kokoh lagi dengan adanya Otoritas Jasa Keuangan atau OJK.

Ddalam rangka itulah, ICMI sejak awal berdirinya, dari waktu ke waktu selalu meningkatkan kepeduliannya terhadap petumbuhan dan perkembangan ekonomi syariah .

Apalagi dengan rencana pemerintah Jokowi-JK sekarang yang akan memberikan tumpuan perkembangan ekonomi di tingkat desa dengan pemberian bantuan seperti di awal tulisan di atas tadi telah diutarakan, mesti dipersiapkan.

Bagaimana kesiapan umat, rakyat dan masyarakat di pedesaan itu. Usaha mengembangkan perekonomiannya karena ada suntikan dana segar dari pemerintah tadi. Itulah yang menjadi obsesi ICMI ikut memberdayakan. Baik secara kelembagaan maupun subyek atau pelakunya serta jenis produk dan produktifitasnya serta pemasarannya.

Salah satu inisiatif baru ICMI adalah menjembatani jaringan eknomi mikro yang tersebar di seluruh Indonesia, baik di desa maupun di kota. Maka mengingat pentingnya akses ke bank dan selama ini belum optimal untuk kepentingan ekonomi mikro atau UMKM itu, maka sekarang ICMI sedang bergelut mendirikan Bank Sosial yang disebut Bank Wakaf yang berbasis sistem keuangan syariah. Ini merupakan lanjutan dari inisiatif lama yang kini sudah berkembang seperti Bank Muamalat, Bank Syariah dan BMT yang sudah disinggung tadi.

Jawaban ICMI lagi-lagi keuangan dan perekonomian syariah. Dan sekarang Islamic Development Bank yang tadi hanya satu-satunya untuk Asia Tenggara berkantor di Kualalumpur, kini sudah membuka resmi kantor besarnya di Jakarta.

Suatu kenyataan bahwa dunia Islam telah menunjukkan secara faktual bahwa Indonesia yang mayoritas berpenduduk terbesar muslim dalam satu negara di dunia, sudah mendapat legitimasi dan legalitas prima. Dan ini merupakan kado bagi pemerintahan Jokowi-JK yang kiranya menjadi pijakan awal yang amat strategis.
(bersambung)

Diterbitkan oleh Home of My Thought, Talk, Writing and Effort

Mengabdi dalam bingkai rahmatan li al-alamin untuk menggapai ridha-Nya.

%d blogger menyukai ini: