http://hariansinggalang.co.id/mereka-yang-semakin-hemat/
Mereka yang Semakin Hemat
Perjalanan ke Kanada Februari 2015(1): — Shofwan Karim — Kemarin, Sabtu 14/2/15 saya dan isteri bersama Mustafa Maknum Raja, berangkat dengan KLM dari Bandara Soekarno-Hatta. Pulul 06.02 (15/2) kami baru mendarat di Bandara Schiphol Amsterdam. Pukul 15.15 melanjutkan terbang ke Montreal, Kanada.
Sebagai Member Executive dan Mantan Presiden Alumni Canada World Youth (CWY) Indonesia, saya diundang Rita S.Karakas, Presiden-CEO CWY bersama Mustafa, Sekretaris Jendral dari Asosiasi Alumni sekarang ini.
Sebagai mana biasa, sambil bertugas ke mana-mana saya selalu menulis untuk koran kita Singgalang. Apalagi kali ini rapat atau kita sebut working session itu hanya 2 hari, 16-17/2 ini.
Selebihnya saya akan berkunjung dan diskusi di Institut Studi Islam Universitas McGill. Berjanji dengan Prof. Dr. Armando Solvares diskusi tentang pendidikan karakter minat dan bidang studi isteri saya.
Dan saya akan diskusi soal kebebasan berbicara dan berekspresi dengan Prof. Armando. Kemudian bertemu Dubes RI di Ottawa, lalu akan berkunjung dan diskusi tentang pendidikan dengan Prof. Dr. Bill Fallis, di Kolej George Brown, Toronto.
Bukan kemewahan
Terbang antar benua sekarang beda dengan masa lalu. Pada era 80-an sampai sebelum 2000, rasanya antara benua itu adalah kemewahan. Sekarang bukan. Itu hanya tuntutan pekerjaan. Akibatnya, kemewahan terbang yang dulu menjadi tumpuan, sekarang semata-mata transportasi.
Maka seperti di negeri kita, tak banyak lagi orang yang naik kompartemen eksekutif atau bisnis. Karena itu, ketika beberapa waktu lalu pemerintahan Jokowi melarang pejabat untuk duduk di ruang bisnis dan eksekutif, maka bukan hal baru rupanya.
Pesawat yang kami tumpang hanya 2 atau 3 orang saja yang duduk di bisnis. Selebihnya semua di ekonomi. Pesawat Boeing 777-300 ER yang kami tumpang ini keluar pabrik 2002. Hanya ada kelas bisnis 42 sit dan ekonomi 385 sit.
Layanan sederhana
Oleh karena sebagian besar penumpang duduk di ekonomi, maka bisalah dibayangkan betapa padatnya. Hampir tak ada kursi kosong.
Pesawat kami berhenti di Kualalumpur untuk tambah bahan bakar dan bersih-bersih. Makan disediakan hanya 2 kali. Sebelum KL dan sebelum Amsterdam. Dulu kami terbang dari Jakarta, Singapura dan Amsterdam 3 kali makan. Detiap 3 jam ada minuman baik yang keras maupun ringan tambah makan kecil, buah atau kue-kue.
Sekarang tidak lagi seperti itu. Hanya ada sekali dibagikan air minum dan sebungkus kecil kacang.
Maka ketika tiba di Lounge KLM Schipol, tentu saja kami sungkah bak orang kelaparan. Itu pun untung saya mempunyai GFF Garuda Platinum. Sebagai anggota Skyteam bersama KLM, saya dan isteri masuk gratis. Tetapi Mustapa harus bayar 45 Euro atau sekitar 650 ribu rupiah. (Bersambung)
Anda harus log masuk untuk menerbitkan komentar.