http://hariansinggalang.co.id/perjalanan-ke-kanada-februari-2015-3-minus-18-c-hangat-keramahan/
Perjalanan ke Kanada Februari 2015 (3): Minus 18 ‘C Hangat Keramahan
Home » Utama » Perjalanan ke Kanada Februari 2015 (3): Minus 18 ‘C Hangat Keramahan
Oleh Shofwan Karim
DI BALIK jendela Boeing 747-400, kelihatan matahari sore memancarkan kilauan hamparan salju.
Kilauan itu menembus kaca jendela pesawat. Suasana terang benderang di luar taxi-way Bandara Montreal-Pierre Elliott Trudeau International Airport. Kami mendarat pukul 17.40. Artinya terlambat 15 menit dari yang tertera di tiket.
Imnati sumringah. “Ini tidak terlalu dingin, tentu”, katanya. Sepertinya ia sudah terbiasa. Pada program sand-wich di Ohio State University, Amerika dari Oktober 2009 ke awal Februari 2010, bersama 12 mahasiswa S3 UNP mengalami winter menggigil.
Walaupun tahun-tahun sebelum dan sesudahnya kami sering berpergian, tidak seburuk waktu ia di Ohio itu.
Serba mudah
Perubahan sistem administrasi imigrasi cukup merata di hampir seluruh dunia. Tidak lagi mengisi formulir de-embarkasi imigrasi yang berbelit dan ruwet. Bahkan data passport pun tidak perlu disebutkan dalam slip deklarasi pabean barang bawaan.
Tentu karena sistem online identitas warga dunia sudah ada di dalam bank-data server mereka.
Lebih dari itu, untuk satu keluarga cukup 1 formulir saja. Dan petugas itu tahu bahwa meski di passport tak ada kata isteri atau suami, tetapi tidak ada yang rahasia. Dalam bank data semua ada.
Maka ketika menstempel passport masuk meja imigrasi biasanya perorang, maka kali ini petugas itu minta panggil istri saya. Artinya, kalau satu rombongan keluarga boleh bergeduru di situ.
Minus 18 C dan keramahan
Nadia Ponce Morales, Senior Program Associate CWY dengan senyum lebar angkat tangan dan langsung lompat ke isteri saya. Mereka pelukan. Baru salaman dengan saya dan Mustafa.
Rita S Karakas, President-CEO CWY sangat akrab dengan stafnya. Ini gemblengannya antara lain kepada Nadia. Dan hal itu bagai perilaku berketurunan di CWY. Maka tak salah kalau kami datang ke Canada atau mereka yang datang ke Indonesia, rasanya seperti satu saudara dan sahabat kental. Meski beberapa bulan lalu kami bertemu di Jakarta, rasanya lama sekali. Pakaian winter tebal sudah disiapkan, katanya. Di luar suhu udara minus 18 ‘C, Nadia melanjutkan.
Bagi kami yang barusan dari Asia rasanya tetap saja dingin sekali. Tetapi mereka di sini, sudah biasa. Dan winter ujung bulan ini akan berakhir.
Waktu masuk kamar yang pertama adalah melihat arah kiblat dan waktu shalat. Magrib pk 17.21. Isya, 18.54. Subuh 5.16 dan Zuhur 12.08 dan Ashar 14.53. Begitu waktu shalat di Montreal untuk senja ini sampai sore besok 16 Februari.
(bersambung)
Anda harus log masuk untuk menerbitkan komentar.