Yang Menang adalah Bintang Gemerlapan

http://www.harianhaluan.com/index.php/refleksi/42543-yang-menang-adalah-bintang-gemerlapPDF Cetak Surel
Kamis, 13 Agustus 2015 02:31
Pada arena Muk­tamar Muham­ma­diyah-Aisyiah di Makassar bebe­ra­pa hari lalu, saya bercakap-cakap dengan warga Mu­ham­madiyah keturunan Mi­nangkabau. Seperti dike­tahui, hampir di setiap dae­rah kota, kabupaten dan provinsi ada saja “urang awak” yang mewakili.

Mereka punya perhatian penuh ke kampung halaman. Ranah Minang “nan tacinto, kampuang nan jauah di mato, dakek di hati”.  Setalian dengan itu Saya menjadi ingat ujung Ramadhan lalu hadir dalam acara tokoh Minang di sebuah tempat di Jakarta. Meski bukan, “siapa-siapa” saya menikmati pertemuan itu.

Betapa cintanya orang “urang awak” ke “ranah nan tacinto”. Sehingga apapun yang  terjadi mereka kadang lebih tahu dari pada kita yang tinggal di kam­pung. Paling mereka hanya kon­firmasi saja tentang apa yang kurang paham. Terkesan, kecin­taan mereka terhadap kampong halaman adalah murni.

Salah satu yang sekarang men­jadi puncak pertanyaan mereka siapakah di antara dua pasangan calon gubenur yang akan menang pada 9 Desember 2015 nanti ?

Saya menjawab lugas saja. Pemilihan gubernur, walikota dan seterusnya dipilih oleh rakyat awam. Yang  elit tidak berdaya. Apapun hebatnya seruan dan rasionalisasi mereka tidak peduli. Orang awam (kaum popular) hanya perlu kedekatan hati ke­pada pemimpinnya. Kedekatan dalam bayangan.

Pemimpin yang tahu dengan selera kaum “popular” itulah yang akan menangguk dan banjir suara.  Dan ini bukan hanya berlaku di negeri kita. Barack Obama dua kali menang karena populer. Meski bukan artis, Obama menggunakan media social  memupuk popularitasnya.

Ahmad Heryawan, Gubernur Bandung menggandeng Dede Yusuf dan Dedi Mizwar untuk priode pertama dan kedua. Rano Karno menjadi bupati, wakil gubernur dan kini gubernur. Estarada bintang film Filipina pernah menjadi presiden negeri itu. Jauh sebelum Obama, jagoan bintang film cowboy Amerika tahun 1980-an,  Ronald Reagan  menjadi presiden negeri paman Sam itu.

Tentu saja popularitas itu bukan hanya karena kemampuan berakting di film, menjadi pen­cipta lagu dan penyanyi menda­dak, olahragawan karate men­dadak bahkan pembalap men­dadak, pemain band mendadak atau muballigh mendadak. Tetapi popularitas yang di luar itu. Termasuk dulu Jokowi di Solo, sekarang Risma di  Surabaya atau Ridwan Kamil di Bandung.

Popularitas tiga terakhir tadi yang mungkin tidak hanya milik kaum awam tetapi juga elit. Soal­nya sekarang adakah tokoh se­perti Ridwan Kamil, Risma atau Jokowi? Mereka populer bukan karena acting atau karena artis, tetapi popular karena kerja. Visi dan misi serta program kerja yang mereka mimpikan mampu men­jadi realitas. Itulah bintang dan merekalah yang akan menang. Lalu siapakah di antara dua pa­sang calon ini yang bintang? Mereka akan menang, kata saya.*

SHOFWAN KARIM

Diterbitkan oleh Home of My Thought, Talk, Writing and Effort

Mengabdi dalam bingkai rahmatan li al-alamin untuk menggapai ridha-Nya.

%d blogger menyukai ini: