ISLAM UNTUK MEWUJUDKAN DUNIA YANG DAMAI:PERANAN ORMAS MADANI DI KOTA PADANG  

20191101_160355(1)

ISLAM UNTUK MEWUJUDKAN DUNIA YANG DAMAI: PERANAN ORMAS MADANI DI KOTA PADANG

Oleh Shofwan Karim

I. MUKADIMAH

Islam, untuk mewujudkan dunia yang damai, mudah ucapan bibir, ada masalah dalam kenyataan. Maka Musda BKMT ini amat relevan menjadikannya sebagai topic diskusi panel. Lalu, ketika Prof. Dr. Ir. Hj. Nurhayati Hakim meminta kesediaan saya untuk ikut menjadi narsum, maka saya bertanya kepadanya, mulai dari mana? Jawabannya adalah peranan ormas Islam dalam mewujudkan dunia yang damai, mulai dari keluarga dst.

Tiba-tiba, narsum yang lain menyatakan kita bagi tugas. Beliau mulai dari keluarga dan saya yang di luar itu. Maka dalam wacana singkat berikut, saya ingin mendiskusikan di sini, bagaimana organisasi Islam ikut berperanan di dalam menciptakan, memelihara dan meningkatkan suasana yang damai dan sejuk tetapi dinamis di dalam masyarakat Kota Padang. Saya akan mulai dari pijakan normatif ideal selanjutnya baru realitas aktual, masalah dan ditutup dengan solusi

II. DAMAI SEBAGAI NILAI DASAR ISLAM

Kata Islam sudah amat kita kenal berasal dari kosa, semantic, mufradat, masdar dari : aslama, yuslimu, islaman. Bermakna damai, sejahtera, sentosa dan selamat. Damai dan selamat dunia dan akhirat. Tenteram dan menyenangkan. Tentu saja perdefinisi kira-kira di antaranya bisa begini. Islam dalah agama Allah yang dibawa oleh Muhammad saw, Nabi dan Rasulullah sebagai pegangan dan petunjuk kehidupan manusia di dunia sampai ke akhir zaman untuk mencapai keridhaan Allah swt. Selanjutnya Islam sebagai repleksi damai itu bervariasi di dalam al-Qur’an.

Oleh karena itu Islam tidak semata-mata sistem akidah dan ibadah tetapi pedoman dan jalan (syari’) kehidupan itu sendiri. Muhmmad Natsir mempadankan syariat, syari’ dan the way of life (jalan kehidupan) .

PernikahanPutraSahabat

III. ADA MASALAH DALAM REALITAS

Meskipun al-Quran dan kitab suci agama lain yang kemudian menjadi dogma (nilai dasar) dan doktrin (ajaran) dari agama-agama itu semuanya bernilai ideal, menjunjung tinggi hub atau cinta dan melahirkan hidup yang damai, tetapi di dalam kenyataan kehidupan umat manusia di dalam diri, keluarga, antar komunitas, antar agama, antar bangsa bahkan antar strata sosial terjadi masalah.

Oleh karena itu sejak tahun 1980, sangat serius hadir berbagai forum dan pembicaraan yang intensif antara tokoh pemeluk agama-agama di dunia. Beberapa organisasi independen global seperti World Conference on Religion and Peace (WCRP) Parliament of Religion Forum (PRF) dan Global Ethic Institute (GIE) dan lain-lain bersungguh-sungguh melakukan pendalaman dan rundingan serta kajian berbagai dogma agama dan apilikasinya secara internasional untuk menciptakan dan mempertahankan dunia yang damai.

Salah satu tokoh yang sering dikutip adalah Hans Küng, mengatakan, “Tak ada perdamaian dunia tanpa perdamaian antaragama, tak ada perdamaian antaragama tanpa dialog antaragama, dan tak ada dialog antaragama tanpa mengkaji fondasi agama-agama.”

Oleh karena itu maka muncul beberapa pernyataan sebagai konsekuensi bagaimana perdamaian itu harus menjadi anutan yang disebut etika global.

Dalam deklarasi universal etika global terdapat beberapa prinsip pokok yang melandasi pentingnya perdamaian dunia yang dibangun secara kultural oleh peranan umat beragama. Misalnya, ada deklarasi dan itu harus bisa diakses oleh kepentingan semua agama, dan kepentingan yang ada harus berpedoman pada dasar-dasar humanisasi. Küng amat menekankan pentingnya penerapan the golden rule atau yang dikenal sebagai etika timbal-balik (ethic of reciprocity), yang berbunyi:

”Berbuatlah kepada orang lain, sebagaimana Anda ingin orang lain berbuat kepada Anda. Jangan berbuat kepada orang lain, sebagaimana Anda tidak ingin orang lain berbuat kepada Anda.”

Jalan tengah saat menjadi juru bicara perdamaian, Küng tidak hanya mewakili umat Kristen. Menurutnya, setiap kekuatan yang mendorong ke arah perdamaian harus dipandang bermanfaat bagi humanisme global.

Oleh karenanya, kekuatan tersebut tidak berhak dimiliki secara komunal oleh agama tertentu. Akibatnya, Küng diklaim sebagian kalangan sebagai penjunjung pluralisme.

Namun, perlu digarisbawahi bahwa pada dasarnya Küng mendukung pluralisme yang proporsional. Selanjutnya dia mengatakan,

”Saya mencoba jalan tengah yang sulit diantara dua ekstrem. Di satu sisi, saya ingin menghindari absolutisme naif, yang mengabsolutkan satu kebenaran dari kebenaran yang lain. Namun, pada saat yang sama, sebagai teolog Kristen, saya juga tak mengharapkan dari siapa pun relativisme dangkal yang merelatifkan semua kebenaran dan menyamaratakannya. Rasanya hal ini tidak bisa dipertahankan, sebuah pluralisme asal-asalan yang tidak membedakan agamanya sendiri maupun agama lain.”

Perjuangan ini bukan tanpa risiko. seringkali ia memperoleh perlawanan dari kalangan konservatif. Bahkan, pernah diusir dari tempatnya mengajar ke Universitas Tubingen. Ini menunjukkan bahwa seorang yang menyeru perdamaian ternyata tak selalu memperoleh dukungan positif dari lingkungan sekitarnya.

Dari tataran konsep ideal tidak selalu mulus di dalam aplikasi dan praktik. Hal itu terjadi di seluruh dunia. Terjadi berbagai kasus yang merusak kedamain ini. Baik internal umat salah satu agama, maupun eksternal antara umat beragama. Di kalangan umat Islam sudah kita ketahui ada dua kutub utama: Sunni dan Syi’i atau ahlu sunnah wal-jamaah dan ahlul bait Syi’ah. Bahkan di dalam internal sunni dan syi’i itu sendiri muncul pula sub aliran yang kadang tidak selalu rukun dan damai.

Di Indonesia di zaman Orde Baru ada usaha yang sangat massif dan intensif menjaga kerukunan (damai) itu dengan istilah Tiga K atau Tri Kerukunan: internal umat beragama; eksternal umat beragama; dan umat beragama dengan pemerintah . Sumbunya yang dapat meniup api dan membakar, lalu itu harus dipadamkan waktu itu apa yang disebut dengan SARA (Suku, Agama dan Ras atau antar Kelompok primordialistik dan etnik).

Maka secara artifisial namun kasat mata pada masa Orba itu hampir tidak ada gesekan dan konflik yang tak dapat dikendalikan. Paling tidak pada masa itu, isu tentang Pancasila, Dwi-Fungsi ABRI dan Sara tadi selalu aman. Kekuatan politik utama waktu itu Golkar ditambah dua partai marginal PPP dan PDI sanggup mempertahankan rezim 32 tahun. Tentu saja setelah era reformasi Mei 1998 sampai sekarang keadaan sudah semakin demokratis dan terbuka. Dan itu dengan segala kelebihan dan kekurangannya.

DSC00201

IV. PERANAN ORMAS MADANI: BAGAIMANA DENGAN PADANG ?

Organisasi Masyarakat Madani (Ormas Madani) yang dimaksud di sini adalah semua organisasi masyarakat, sosial, professional, hobby yang berdasarkan dan berafilisasi kepada agama, politik, dan ideologi atau yang tidak berafiliasi.

Di setiap negara di dunia, selalu dapat dinyana bentuk civil-society yang pro-agama dan civil-society netral agama dan tidak bahkan menolak agama, semata-mata untuk kepentingan kemanusiaan dan sekuler. Hubungan antar sesamanya, di kota Padang, menurut hemat saya cukup aman, damai dan luput dari gesekan yang berarti. Saya tidak membahas Minangkabau apa lagi Sumbar, atau wilayah yang lebih luas, baik darek ataupun rantau. Sesuai dengan ruang lingkup yang ingin saya diskusikan secara terbatas sekarang adalah kota Padang.

Kasus Wawah, nama lengkapnya Khairiyah Iniswah, tahun 1998 di Padang, kasus Ahmadiyah, tahun 2008, kasus Jamiyatul Islamiyah , Karim Jama’, Masjid Baitul Izza, di Jl. Proklamasi pada tahun 2006, tentu saja pernah mengusik kedamaian umat di Kota Padang.

Akan tetapi sepengetahuan saya, sejak 2 atau 3 tahun terakhir, sepanjang yang terpantau di media-massa, baik cetak maupun on-line, Kota Padang relatif aman dan damai. Memang ada beberapa bisik atau suara burung, beberapa hari lalu, ada sedikit terjadi gesekan pikiran dan opini di kalangan tertentu soal origami monumen perdamaian burung Merpati di Pantai Muara Lasak yang diresmikan Presiden Jokowi pada 12 April lalu. Akan tetapi saya pikir relative tidak mengganggu kedamaian di kota ini. Soalnya sekarang bagiamana mempertahankannya? Inilah fungsi organisasi masyarakat, organisasi sosial dan organisasi masyarakat muslim atau Ormas Madani diharapkan mengambil inisiatif dan memperkokoh peranannya.

Padang, sebagai ibu kota provinsi sekaligus merupakan pusat ibu organisasi-organisasi masyarakat madani. Sebutlah MUI, BKMT, Aisyiah dan Muhammadiyah dengan 7 Orgsanisasi Otonomnya, Bundo Kanduang, LKAAM, DDII, Tarbiyah Islamiyah, PERTI, NU, ICMI, IKADI, HT, dengan semua organisasi sayap atau otonomnya pula , organisasi pemuda, profesi, hobby dan seterusnya.

Apakah yang harus dilakukan?. Menurut hemat saya, masing-masing organisasi itu tentulah terus menerus membina suasana yang sejuk, damai dan meningkatkan agenda, kegiatan-kegiatan dan program yang baik. Mendidik dan mengayomi warga dan anggota masing-masing mereka untuk lebih positif terhadap dirinya dan di luar dirinya.

Seterusnya antar organisasi, sepanjang yang saya amati tidak ada masalah. Hanya kurang berkomunikasi. Sehingga tatkala ada hal-hal yang memerlukan respon bersama, sebagian memberikan respon yang sepadan, tetapi tak kurang pula yang berlebihan dan tidak proporsional. Itupun secara sendiri-sendiri dan belum sebagai kumpulan yang merangkul semua Ormas Madani tadi.

Sementara itu ada pula yang pasif saja. Oleh karena itu pada Selasa, 19 April dan Jumat, 22 April lalu ada 9 pimpinan organisasi yang bersilaturrahim dan berdialog dengan Ketua DPRD Provinsi dan Gubernur Irwan Prayitno. Organisasi itu adalah Aisyiah, Bundo Kanduang, Muhammadiyah, Tarbiyah Islamiyah, PERTI, NU, Muslimat NU, Pemuda Muhammadiyah dan GP Ansor. Pada waktu berikutnya tentu BKMT menjadi pastisipan aktifnya pula.

Di situ disampaikan beberapa hal yang menjadi perhatian di dalam merespon masalah sosial yang kini tengah kita hadapi. Di antaranya penyalah gunaan Narkoba, prilaku menyimpang seperti LGBT, kerapuhan cinta dan damai di dalam keluarga, pemurtadan yang harus diwaspadai dan diantisipasi. Oleh karena itu seyogyanya para ulama, umara (pemerintah), aghnia (orang berpunya), azkiya’ (cendekiawan), kaum wanita dan generasi muda, saling menopang di dalam membangun dan menggerakkan umat.

Pada saatnya pertemuan ormas madani yang sangat terbatas kamarin itu, diharapkan akan dikembangkan kepada spectrum yang lebih luas dengan jumlah yang sesuai dengan keberadaan organisasi-organisasi itu di tingkat wilayah atau provinsi.

Mungkin akan ada forum yang rutin membahas masalah aktual yang mempunyai implikasi starategis dan signifikan bagi umat. Lalu ada gerakan bersama dalam agenda tertentu yang relevan. Baik di dalam menggesa konsepsi yang lebih atraktif, membumi dan mudah dicerna serta diamalkan dalam amar ma’ruf nahi mungkar bagi para da’i dan daiyat, muballigh dan muballightnya; pembaharuan sikap dan memahami persoalan plik dan rumit di dalam dakwah di berbagai level dan kategori masyarakat.

Dakwah untuk kaum awam dan kelas menengah serta kelas eksekutif. Mendorong usaha intensif dan sunguh-sungguh menjadikan nilai-nilai Islam semakin aplikatif di dalam hidup dan kehidupan. Sosialisasi ekonomi syariah dan bisnis Islami. Peduli kaum papa dan memberdayakan serta meningkatkan ekonomi produktif mereka. Memberikan konsepsi pendidikan yang mencerminkan filsafat pendidikan yang tauhidi dan islami. Gerakan tahfiz al-quran, model pendidikan Islami dari PAUD sampai ke Perguruan Tinggi. Dan berbagai kegiatan positif dan produktif lainnya di kota ini.

Dengan begitu, rasa rahim yang asli dan murni muncul sehingga damai yang pasif selama ini menjadi aktif karena adanya interaksi dan relasi yang santun dan menyejukkan antar ormas madani ini. Dengan kata lain, hubungan yang kaku menjadi cair dan mesra di dalam aura cinta kepada Allah dan mengembangkan rasa damai dan tenteram.

Dengan begitu, maka diharapkan ke depan, suasana damai yang ada sekarang, lebih kondusif lagi dengan melakukan interaksi dan relasi positif dan produktif. Oleh karena itu melakukan silarurrahim antar pengurus, pimpinan dan warga dari berbagai organisasi ini serta dengan para tokoh utama pemerintah dan tokoh masyarakat lainnya adalah suatu keniscayaan. Tentu saja harus didasari oleh sikap tasamuh, toleran dan kerahiman. Allahu a’lam bi al-shawab. ***

7

Diterbitkan oleh Home of My Thought, Talk, Writing and Effort

Mengabdi dalam bingkai rahmatan li al-alamin untuk menggapai ridha-Nya.

%d blogger menyukai ini: