Prof Azra, Muazin Bangsa, Keritis dan Sederhana

Azyumardi Azra, Muazin Bangsa yang Kritis dan Sederhana

17 Maret 2022 20:58 WIB

Bebas Akses cendekiawan muslim

Azyumardi Azra, Muazin Bangsa yang Kritis dan Sederhana

Pada 4 Maret lalu, Guru Besar Ilmu Sejarah UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, ini berusia 67 tahun. Sebagai bentuk hormat terhadapnya, para kolega menuliskan testimoni dan mengabadikannya dalam sebuah buku.

Oleh

DIAN DEWI PURNAMASARI

Di balik intelektualitas dan daya kritisnya, sosok cendekiawan muslim Azyumardi Azra selalu mendapat tempat di hati koleganya. Mereka menggambarkan Azyumardi sebagai sosok yang teguh bersikap kritis ketika menemukan hal-hal yang tidak pas dalam berbangsa dan bernegara. Sikap kritisnya itu selalu dihormati karena dia juga dikenal sebagai sosok berintegritas yang sederhana dalam laku keseharian.

Pada 4 Maret 2022, Guru Besar Ilmu Sejarah Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, itu berusia 67 tahun. Sebagai bentuk hormat dan takzim terhadap sosok Azyumardi, para koleganya menuliskan berbagai testimoni dalam buku berjudul Karsa untuk Bangsa: 66 Tahun Sir Azyumardi Azra, CBE.

Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Mahfud MD yang hadir dalam peluncuran buku tersebut secara daring, Kamis (17/3/2022), misalnya, menggambarkan Azyumardi sebagai cendekiawan muslim yang berintegritas dan selalu bersuara kritis. Sebagai muazin bangsa, Azyumardi selalu menyuarakan kritiknya yang pedas. Jika ada kekeliruan dalam kritik yang disuarakan pun, Azyumardi tak segan untuk mengoreksi pendapatnya.

”Saya yang duduk di pemerintahan merasa senang ada orang yang terus menyuarakan kritiknya. Kritik bukan untuk menarget seseorang secara personal, tetapi obyektif. Beliau adalah sosok intelektual yang berintegritas,” ujar Mahfud.

Baca juga : Menghindari Beban Sejarah Baru

Peneliti agama dari Universitas Emory, Atlanta, Amerika Serikat, James B Hoesterey, hadir dalam peluncuran buku "Karsa untuk Bangsa: 66 Tahun Sir Azyumardi Azra, CBE" yang diterbitkan oleh Penerbit Buku Kompas, secara daring, Kamis (17/3/2022).
DIAN DEWI PURNAMASARIPeneliti agama dari Universitas Emory, Atlanta, Amerika Serikat, James B Hoesterey, hadir dalam peluncuran buku “Karsa untuk Bangsa: 66 Tahun Sir Azyumardi Azra, CBE” yang diterbitkan oleh Penerbit Buku Kompas, secara daring, Kamis (17/3/2022).

Seorang peneliti agama dari Universitas Emory, Atlanta, Amerika Serikat, James B Hoesterey, juga menyebut betapa harum nama Azyumardi sebagai cendekiawan muslim di luar negeri. Pendapatnya selalu dikutip dalam penelitian ataupun pemberitaan di media massa. Di kalangan peneliti pun ada anggapan bahwa jika sedang meneliti masalah Islam di Indonesia, mereka harus sowan kepada Azyumardi.

”Beliau adalah cendekiawan muslim yang menjadi pedoman intelektual orang Barat. Selama saya meneliti Islam di Indonesia, beliau juga menjadi mentor saya yang sangat baik dan ramah,” kata Hoesterey.

Betapa harum nama Azyumardi sebagai cendekiawan muslim di luar negeri. Pendapatnya selalu dikutip dalam penelitian ataupun pemberitaan di media massa.

Hoesterey, yang pada tahun 2005 meneliti soal fenomena dai seleb di Indonesia, juga merasa berutang budi kepada Azyumardi. Sebab, pada saat banyak peneliti lain meragukan topik yang dia teliti, Azyumardi tetap mendukungnya dengan pola pikirnya yang begitu luas. Berkat dukungan itu, dia mantap melanjutkan penelitiannya.

Di luar negeri, nama Azyumardi memang harum. Dia adalah orang pertama di luar negara anggota Persemakmuran Inggris yang mendapat gelar ”Sir” dari Kerajaan Inggris. Dia dikenal sebagai seorang sejarawan dan intelektual Muslim dunia yang terkemuka. Karya dan pemikirannya mewarnai kancah pemikiran Islam di Indonesia dan kajian serupa di ruang publik. Sosoknya dikenal konsisten merawat dunia keilmuan dan pemikiran, melalui tulisan dan gagasan cemerlangnya.

Baca juga : Resentralisasi Kekuasaan

Putri Presiden ke-4 Indonesia, Anita Wahid, hadir dalam peluncuran buku "Karsa untuk Bangsa: 66 Tahun Sir Azyumardi Azra, CBE" yang diterbitkan oleh Penerbit Buku Kompas, secara daring, Kamis (17/3/2022).
DIAN DEWI PURNAMASARIPutri Presiden ke-4 Indonesia, Anita Wahid, hadir dalam peluncuran buku “Karsa untuk Bangsa: 66 Tahun Sir Azyumardi Azra, CBE” yang diterbitkan oleh Penerbit Buku Kompas, secara daring, Kamis (17/3/2022).

Putri Presiden ke-4 RI Abdurrahman Wahid, Anita Wahid, bahkan menyebut intelektualitas Azyumardi seolah menjadi penyangga bagi keberlangsungan Islam dan demokrasi di Indonesia. Ketika kalangan fundamentalis menyebut bahwa demokrasi bertentangan dengan ajaran Islam, Azyumardi muncul dengan pendapatnya yang mencerahkan. Dia menyebut bahwa Islam sangat selaras dengan demokrasi. Pendapat Azyumardi yang teguh, dengan prinsip memperjuangkan kemaslahatan bangsa, menjadi pegangan bagi masyarakat.

”Beliau selalu menjadi role model atau rujukan bagi permasalahan kebangsaan. Sosok yang teguh pada nilai yang dipegang tidak terombang-ambing dalam perkubuan. Dia mengkritik karena kecintaan terhadap negeri ini,” kata Anita.

Mantan Duta Besar RI untuk Inggris dan Irlandia Rizal Sukma bahkan memiliki pengalaman personal yang menunjukkan betapa sederhana sikap Azyumardi.

Mantan Duta Besar RI untuk Inggris dan Irlandia Rizal Sukma bahkan memiliki pengalaman personal yang menunjukkan betapa sederhana sikap Azyumardi. Saat itu, mereka sedang satu pesawat dalam perjalanan dari Hawaii, Amerika Serikat, ke Jakarta. Oleh panitia acara, mereka diberikan tiket first class. Mereka pun spontan mengiyakan fasilitas itu. Namun, pada saat bersamaan, mereka sama-sama kebingungan saat hendak menyetel kursi pesawat, juga saat menggunakan toilet yang serba otomatis.

”Ini pengalaman berharga sekali, di mana kami berdua sama-sama bingung di bangku first classSingapore Airlines saat itu. Betapa sebagai cendekiawan yang top, beliau tetap menjaga kesederhanaan,” kata Rizal.

Baca juga : Menggelorakan Kritik

Azyumardi Azra
ABKAzyumardi Azra

Azyumardi pun merasa tersanjung dan bangga atas kesan yang ditangkap para koleganya tersebut. Pengakuan itu akan menjadi cambuk semangat untuk terus mengkritik sesuatu hal yang, menurut dia, tidak pas. Namun, ketika ada anggapan yang keliru, misalnya tudingan pemerintah yang islamofobia, dia juga akan dengan senang hati meluruskan.

”Bagaimana mungkin pemerintahan Pak Jokowi ini disebut islamofobia jika wakil presidennya saja ulama Muslim. Saya akan luruskan jika ada pendapat yang akan merusak kohesi sosial seperti itu,” katanya.

Tayang ulang dari:

https://www.kompas.id/baca/polhuk/2022/03/17/azyumardi-azra-muadzin-bangsa-yang-kritis-dan-sederhana

Diterbitkan oleh Home of My Thought, Talk, Writing and Effort

Mengabdi dalam bingkai rahmatan li al-alamin untuk menggapai ridha-Nya.

%d blogger menyukai ini: