Mencontoh Tokoh Strukrtural dan Kultural Muhammadiyah ?

Shofwan Karim, 2009 di Saint Petersburg, Russia

Esai Muhammadiyah Menghadapi 2024 (1)

Mencontoh Tokoh Strukrtural dan Kultural Muhammadiyah ?

Oleh Shofwan Karim

Tiba-tiba masuk surat ke PWM. Diiringi WA ke saya.  Assalamu’alaikum Wr.Wb Bang? Sehubungan dengan keinginan kami untuk maju sebagai Aggota DPD RI pada pemilu 2024, maka selaku kader kami ingin bersilaturrahim untuk mendapatkan do’a restu, nasehat dan arahan dari PWM Sumbar. Terima kasih Wassalam 🙏

Surat dan Chatting Whatsapp (WA)  itu saya terima setelah pulang dari Koordinasi Nasional Muhammadiyah 16-18 September lalu di Magelang. Dari seluruh Indonesia hadir semua PWM sebenyak 135 orang bersama Pimpinan Ortom dan AUM serta PTMA. Ketua PWM Sumbar bersama Wakil Ketua membidangi LHKP hadir penuh.

Terhadap WA tadi Saya belum jawab langsung. Pemilu 2024 masih relative jauh. Saya masih mempelajari risalah Magelang yang dirilis ke Media.

Ternyata rilis itu lebh banyak ke eksternal. Himbauan politik ke pemerintah dan pihak lain.

Ilustrasi: Shofwan Karim (paling kanan) dan CWY-YLIA, Charlottetown, PEI Canada, December 2013 (Doc)

Lalu saya WA LHKP Pusat. Menagih, mana bimbingan internal. Mana inti pidato Kertua Umum dan  nara sumber lain. Mana inti hasil diskusi pleno dan komisi yang bersifat praktis dan bisa dieksekusi oleh  jajaraan PWM ke bawah.

Dan baru, 29 September kemarin dikirim ke saya. Di samping risalah ada bimbingan internal dan notulen pertemuan  lengkap. Itu semua sedang saya ramu untuk pada waktunya di sampaikan ke jajaran Muhammadiyah Sumbar baik oral  maupun literal seperti esai ini.

Terhadap permintan kader tadi, Saya tercenung dalam sekali dan membatin. Kagum dengan semangat kader itu. Kagum, karena ada kader (dia menamakan dirinya) memiliki semangat, tekad dan sudah mulai turun ke lapangan. Malah saya baca di media sudah diklaim mendapat dukungan dan mengumpulkan KTP di suatu tempat.

Tiba-tiba   saya tersentak atas  stigma. Misalnya apa yang disebut Buya Allah Yarham Ketua PP Muhammadiyah (waktu itu belum ada istilah Ketua Umum) Prof Dr H Ahmad Syafii Maarif, MA (1935-2022). “Muhammadiyah itu yatim-piatu politik”.

Ketum sekarang Prof Haedar dalam Koordinasi bilang, “meski Muhammmadiyah menggerakan amal usaha 164 PTMA, 28 ribu BA-TK, MIN, SD, SLTP-SLTA, lebih 150 RSMA, Ribuan Panti Asuhan MA dan seterusnya, tetapi bila ada Pemilu, yang dihitung itu jumlah setiap Kepala Warga Muhammdiyah-Aisyiyah dan Ortom serta AUM tadi tidak seberapa. Hingga sulit sekali menang, kalau ada kader yang paten Muhmmadiyahnya dan didukung pihak lain baru bisa menang”.

Tafsiran tematik terhadap kedua contoh stigma itu (banyak lagi yang  lain) bahwa politik itu penting.Saya membaca ulang  QS,  3; 104, 110.   Amar Aa’ruf Nahy Mungkar (AMNM) itu tidak jalan sempurna bila tidak dengan kekuasaan. Bagitu menurut Tafsir Ibnu Katsir dan Said Qutub dalm Kitab Tafsirnya. Bedanya yang pertama graduatif-bertahaf dan yang kedua langsung: tanpa kekuasaan, AMNM itu nihil.

Itulah sebabnya Prof Dr H. Amin Rais, MA  (MAR) dan Prof Dr H Muhammad Sirajuddin Syamsuddin, MA ( Din Syamsuddin/DS), Ketua dan Ketua Umum PP Muhammadiyah, (1995-1998; 2005-2015) terjun ke dunia Politik.

Sejalan dengan itu Drs Hajrianto Thohari, MA menjadi Petinggi Golkar kemudian menjadi Wakil Ketua MPR dan Dubes di Libanon. Mereka segelintir tokoh Muhammadiyah  struktutural, biologis, genetic dan ideologis.

Yang lain tokoh Muhammadiyah kultural , biologis, genetik, ideologis. Untuk menyebut di antaanya adalah  H Irman Gusman, SE., MBA,  Wakil Ketua, Ketua DPD RI 2004-2009; 2009-2016. Drs. H. DaruI Sisika, M.Si Fraksi Golkar DPR RI  1997-1999; 2019-2024. Drs. H. Guspadi Gaus, M.Si dari DPRD Sumbar melompat menjadi DPR RI 2019-2024 dari Fraksi PAN. H. Asli Chaidir, SH dari DPRD Sumbar ke DPR RI 2014-2019. H. Leonardy Harmainy, S.IP., M.H dari Ketua DPRD  Sumbar menjadi DPD RI 2016-2024. Hj. Emma Yohanna, DPD RI 2009-2024 dan banyak lagi tokoh yang lain.

Kembali ke  tokoh structural, MAR menjadi motor utama pendirian Partai Amanat Nasionnal (PAN) 23 Agustus 1998. Menjadi Ketua MPR RI (1999-2004). Kemudian mendirikan Partai Umat 1 Oktober 2020.

DS, pernah menjadi Wakil Sekjen Golkar sebelum 1998 dan Dirjen Binapenta pada Kemenaker. Pasca Ketum PP Muhammadiyah, mendirikan Ormas Pergerakan Indonesia Maju (2016). DS mendeklarasikan Partai Pelita, 28 Februari 2022.

Kedua tokoh utama Muhammadiyah pada zamannya itu berazam menjadi Presiden RI . Begitu menurut portal beberapa media main-stream dan situs online.  Tujuan yang sangat ikhlas dan sangat mulia. Meskipun Partai Umat lolos verifikasi untuk Pemilu dan Partai Pelita, belum untuk Pemilu 2024. Tentu saja bila di dalami ke lubuk hati keduanya dengan mendalam niat azam tadi  mungkin masih terpendam.

Kiranya sudah menyebar dan meresap semua  semangat pengabdian poilitik tadi itu  ke kader Muhammadiyah di berbagai wilayah, provinsi dan daerah kota-kabupaten di seluruh Indonesia. Salah satu agaknya kader yang kita kutip di awal esai ini. (Bersambung-Pedoman Khittah dan Risalah)

Melawan Sinisme Proklamator Hatta, Korupsi sebagai Budaya

Melawan Sinisme Proklamator Hatta, Korupsi sebagai Budaya

Shofwan Karim

Minggu, 04 September 2022 – 10:39 WIB

Melawan Sinisme Proklamator Hatta, Korupsi sebagai Budaya

Shofwan Karim
Ketua Umum Yayasan Pusat Kebudayaan Minangkabau (YPKM) 
Ketua PWM dan Dosen Pascasarjana UM Sumbar

SUDAH lama wacana kebudayaan terpinggirkan. Keadaan itu semakin hari tergusur oleh riuh-rendah wancana politik dan sarut marut ekonomi global, regional, dan nasional.

Meskipun politik dan ekonomi menurut para antropolog termasuk di antara unsur-unsur universal kebudayaan, tetapi wacana kedua frasa itu tidak menyentuh kepada defnisi filosofis kebudayaan yang merupakan repleksi budi dan daya. Selama ini, definisi politik dan ekonomi lebih kepada definisi teknis-eksekusi-operasional.

Apakah politik dan ekonomi kita pada beberapa kurun waktu dan dekade-dekade terakhir ini berbasis kebudayaan? Pertanyaan yang agaknya aneh bagi para politisi dan pelaku ekonomi di negeri ini. 

Bahkan sejak hampir dua bulan terakhir, wacana kebudayaan lenyap karena isu kasus pembunuhan Brigadir J dan subsidi pemerintah yang tinggi untuk rakyat. Di tengah keadaan itu, Yayasan Pusat Kebudayaan Minangkabau bekerja sama dengan Pemprov Sumbar dan DPD RI berhajat untuk melaksanakan Kongres Kebudayaan.

Sebagai agenda Pra-Kongres, pada 9 Agustus lalu sudah dilaksanakan acara Peluncuran Kongres dimaksud di sebuah hotel di Padang. Irman Gusman, Musliar Kasim, Nursyirwan Efendi, Insanul Kamil dan Gubernur Sumbar menyampaikan beberapa pemikiran tentang pentingnya Kongres Kebudayaan ini.

Selanjutnya, pada Senin 5 September ini dilaksanakan Seminar Hasil Survei Persepsi Masyarakat tentang Makna Kebudayaan di Indonesia di Padang. Agenda ini merupakan prelimeneri atau awal Pra-Kongres di samping dua agenda lain: Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2022 tentang Provinsi Sumbar dan Revitalisasi, Rekonstruksi (?) Adat dan Budaya Minangkabau yang akan menjadi agenda Pra-Kongres berikutnya. 

Kembali kepada survei, giat ini dilaksanakan pada 13 sampai 29 Maret 2022 lalu. Hanya karena hal-hal teknis, survei yang digagas tahun lalu itu sebelum nanti Kongres Kebudayaan ditayangseminarkan pekan ini. 

Akan menjadi pembahas di antaranya Dr Yudi Latif, seorang penulis produktif mantan Kepala Badan Pembina Ideologi Pancasila yang “dinobatkan” sebagai pemikir kenegaraan dan kebudayaan. Pembahas kedua adalah Prof. Dr. Nursyirwan, Antropolog lulusan sebuah Universitas di Jerman, sekarang Direktur Pascasarjana Unand.

Survei dilaksanakan oleh Dr. Asrinaldi dan Tim dari Unand, merangkum beberapa legaran diskusi di YPKM. Terpantik gagasan Musliar Kasim dan Irman Gusman, anggota dan Ketua Pembina YPKM yang menginginkan bahwa Kongres Kebudayaan harus diawali dulu dengan survei tentang seberapa jauh persepsi masyarakat Indonesia tentang kebudayaan.

Hal ini terasa amat penting karena semua sudah merasakan goncangan kebudayaan setelah dunia di haru biru oleh revolusi 4.0 dan 5.0 tekonologi digital dan informasi yang tengah berlangsung sekarang ini.

Bagaimana persaingan, sekaligus partnership, kemitraan global, regional dan nasional antar bangsa-bangsa dan internal bangsa di dunia dewasa ini. Wa bil khusus bagi masyarakat Indonesia.

Oleh tim dirumuskan tujuan survei ini meliputi persepsi tentang beberapa hal. Pertama, nilai agama dan kebudayaan yang menjadi akar ideologi Pancasila yang meliputi nilai-nilai ekonomi, politik, sosial, dan budaya. 

Kedua, peran dan kedudukan nilai-nilai budaya bangsa Indonesia dalam kehidupan masyarakat Indonesia di era revolusi teknologi 4.0. Ketiga, semangat kemajemukan dan multikulturalisme dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Keempat, respons masyarakat terkait dengan revolusi teknologi 4.0 dan menuju 5.0 serta kesiapan mereka menghadapi perubahan tersebut. Kelima, mengidentifikasi harapan masyarakat terkait dengan peran dan tanggung jawab pemerintah, masyarakat itu sendiri, dan pemangku kepentingan bangsa dalam merespons perkembangan zaman yang terus berubah. 

Tentu saja hasil survei bukan jawaban konkret atas lahirnya peta jalan kebudayaan Indonesia. Peta jalan itu akan dijawab nanti pada Kongres Kebudayaaan itu sendiri. Hebatnya, tim survei telah mendapatkan skema awal persepsi masyarakat Indonesia secara acak dari Sabang sampai Merauke dan dari Sangih sampai ke Pulau Rote. 

Disimpulkan dalam 7 tabel persepsi. (1) Persepsi terhadap bebudayaan Indonesia dan lokal; (2) Persepsi terhadap Kebudayaan global; (3) Persepsi terhadap Pancasila sebagai ideologi Bangsa; (4) Persepsi terhadap revolusi 4.0; (5) Persepsi terhadap peran individu dalam pengembangan Kebudayaan; (6) Persepsi terhadap Indonesia emas Tahun 2045; (7) Persepsi terhadap pemahaman budaya generasi muda.

Dr. Asrinaldi dan Tim mengompilasi dari hasil data survei yang mereka lakukan, maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut: Secara umum Indeks Persepsi Masyarakat Indonesia tentang Kebudayaan berada pada level yang tinggi sebanyak 54,1%. Ini dapat dimaknai bahwa masyarakat masih menempatkan kebudayaan sebagai variabel yang penting dalam membangun bangsa Indonesia. 

Komposisi persepsi masyarakat mengenai kebudayaan Indonesia dan lokal berada pada level sedang, yaitu 4,2 poin. Artinya, eksistensi kebudayaan Indonesia dan lokal masih menjadi perhatian masyarakat. 

Akan tetapi ditemukan pula hal-hal yang mengkhawatirkan. Di antaranya ada persepsi bahwa nilai-nilai kebudayaan Indonesia mulai tergerus oleh kebudayaan asing (global) dengan indeks 3,86 poin. 

Selanjutnya, Indeks Komposisi Persepsi Terhadap Kebudayaan Global cenderung rendah dengan angka 3,84. Meskipun ada pernyataan bahwa budaya global mudah diadopsi dan disesuaikan dengan budaya Indonesia untuk pemajuan kebudayaan Indonesia, namun indeksnya rendah yaitu sebesar 3,62 poin.

Sementara itu terkait dengan Pancasila sebagai ideologi bangsa, indeksnya berada pada level sedang dengan angka 4,13 poin. Masalah yang mendapat perhatian dari masyarakat karena memiliki indeks rendah adalah perlunya tafsir ulang terhadap sila-sila yang ada di Pancasila. Fenomena ini ditegaskan dengan nilai indeks item sebesar 3,77 poin.

Pada aspek Indeks Komposisi Terkait Persepsi Terhadap Revolusi Teknologi 4.0 berada pada level rendah dengan nilai indeks sebesar 3,93 poin. Pemerintah perlu memberi perhatian khusus pada aspek ini. 

Pada bagian lain, masyarakat memberi perhatian pada kondisi budaya lokal yang kurang berkembang. Hal itu dapat mempengaruhi perkembangan kebudayaan Indonesia. Indeks item pernyataan ini paling rendah di antara kelompok persepsi ini, yaitu 3,69 poin. 

Begitu juga dengan indeks item pernyataan Indonesia menjadi bangsa yang maju dan setara dengan bangsa-bangsa lain di dunia Tahun 2045 juga mendapat indeks yang rendah sebesar 3,87 poin. Artinya, dari aspek kebudayaan persepsi yang ditemukan tidak menggembirakan.

Sementara aspek lain yang juga menjadi perhatian publik adalah pemahaman generasi muda terhadap nilai-nilai budaya setempat yang juga perlu mendapat perhatian karena indeks pada pernyataan ini juga rendah dengan angka 3,93 poin. 

Tentu saja survei ini akan memberikan kabar baik. Di antaranya bahwa kebudayaan amatlah penting untuk pemajuan kebudayaan. Dan sebagai infrastruktur sudah ada undang-undang tentang kebudayaan nasional. 

Pada 27 April 2017, Undang-undang Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan disahkan pemerintah sebagai acuan legal formal pertama untuk mengelola kekayaan budaya di Indonesia.

Yang perlu diingat, kekayaan budaya, bukan hanya bersifat material seperti artifak budaya, seni dan budaya tetapi yang amat mendasar adalah kepribadian dan cara berfikir (world-view) serta cara hidup (the way of life) bangsa Indonesia. 

Hedonistik, di antaranya yang membuat korupsi merajalela, meski sudah ada Undang-Undang Antikorupsi tetap saja harus dimulai dari kebudayaan. Dengan begitu, sinisme Proklamator Hatta pada 5 dan 6 dekade lalu (Marwata, 2022; Mahfud, MD, 2021) dan bahwa korupsi menjadi budaya, harus terus menerus kita ubah menjadi korupsi adalah potret orang yang tak berbudaya. 

Koruptor harus dilawan dan itu yang paling mendasar adalah melalui kebudayaan. Wa Alla a’lam bi al-shawab. 

(kri)

Melawan Sinisme Proklamator Hatta, Korupsi sebagai Budaya (sindonews.com)

Sambutan a.n. Tamu Pada Walimat al-Ursy

H. Irman Gusman, S.E., M.B.A. (Ketua DPD RI 2009-2016) pada Walimatul Ursy Resepsi Perkawinan Putri Bp Dr.H. Alirman Sori, S.H., M.Hum., M.M (Anggota DPD RI 2009-2014; 2019-2024) Pangeran Beach Hotel Padang, 17 Juli 2022

Mempelai Wanita, Anak Daro, Bunga Lirvina Sori. Bunga adalah Putri dari Bp Dr. H. Alirman Sori, S.H.,M. Hum., M.M & Ibu Nira Pravita Sary, A.Md. Mempelai Pria Gumilang Kresna Putra. Kresna adalah Putra dari Bapak Suharjita & Ibu Puji Ismaryatun

Sambutan Bp H. Irman Gusman, S.E., M.B.A. (Ketua DPD RI 2009-2016) pada Walimatul Ursy Resepsi Perkawinan Putri Bp Dr.H. Alirman Sori, S.H., M.Hum., M.M (Anggota DPD RI 2009-2014; 2019-2024) Pangeran Beach Hotel Padang, 17 Juli 2022

Dari Sintuak ka Saniang Baka, 

urang mamukek pagi pagi, 

dari ujuang taruih ka pangka, 

dari tangah sampai ka tapi,

ketek indak basabuik namo, 

gadang indak bahimbau gala, 

ujuik taucap nan tapanggi nan hadir di dalam ruangan iko, 

Sairiang balam jo barabah, 

balam lalu barabah mandi. 

Sairiang salam jo sambah, 

sambah lalu salam kumbali, sambuik lah salam agamo dan adaik kito, 

 Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Alhamdulillahi rabbil alamin, wasshalatu wassalamu ‘ala asyrafil ambiya wal mursalin wa ‘ala alihi washahbihi ajmin, amma ba’du.

Izinkan saya menyapa terlebih dahulu, menyampaikan penghormatan kepada  yang amat berbahagia, nan amat kita sayangi, 

Anak daro nan rancak banamo  Bunga Lirvina Sori

Putri Bp Dr. H. Alirman Sori, S.H.,M. Hum., M.M & Ibu Nira Pravita Sary, A.Md

Marapulai nan gagah banamo Gumilang Kresna Putra, Putra dari Bapak Suharjita & Ibu Puji Ismaryatun.

Selanjutnya penghormatan saya sampaikan kepada silang nan papangka, karajo nan bajunjung,  ninik-mamak, sanak keluarga, karib kerabat kedua mempelai.

Kemudian penghormatan saya tujukan kepada semua hadirin yang kita bersama-sama memberikan doa restu berharap ridha-Allah kepada kedua mempelai ini. 

Saya minta izin dengan menundukkan kepala yang satu, menyusun jari nan sepuluh, berdiri di sini mengatas-namakan kita yang hadir seperti diimbau oleh MC tadi, untuk  mengucapkan sepatah-dua patah kata pada perhelatan yang amat meriah, khidmad dan penuh bahagia ini.

Yang amat bahagia kedua mempelai, kedua keluarga dan hadirin dan hadirirat yang amat saya hormati.

Pertama,  marilah kita besyukur kepada Allah swt dan bersalawat untuk Nabi Muhammad saw, keluarga, sahabat dan para pengikutnya sampai akhir zaman.

Setelah itu,  paling utama di dalam majelis penuh rahmat dan bahagia ini, kita menyatakan hati yang suci, muka yang jernih mengucapkan, dan memanjatkan doa selamat kepada penganten. 

Keduanya sekarang sudah berbuhul mati dalam akad ijab-kabul secara syar’i, sesuai undang-undang negara untuk berlayar dalam satu kapal bahtera kehidupan. Penuh kecintaan dan kasih sayang dalam mereguk madu kehidupan di bawah  siraman ridha dan berkah Allah swt.

Berikutnya  marilah bersama-sama kita bermunajat kepada Allah swt, menyampaikan do’a yang ikhlas dan tulus,  

Baarakallahu laka wa jama’a bainakuma fi khairin. Baarakallahu likulli wahidin minkuma fi shahibihi wa jama’a bainakuma fi khairin. Amin ya Rabbal alamin.

Artinya: “Berkah Allah (semoga tercurahkan) bagimu. Dan (semoga) Allah mengumpulkan ananda  berdua dalam kebaikan. Berkah Allah (semoga tercurahkan) bagi masing-masing Ananda berdua atas pasangannya, dan (semoga) Allah mengumpulkan ananda berdua dalam kebaikan.” Perkenan ya Allah Tuhan sekalian alam.

Mengiringi do’a itu mari kita ucapkan sampiran berikut: 

Langit membentang warnanya biru, 

datangnya hujan menimpa batu, 

selamat menempuh hidup baru, 

semoga bahagia sepanjang waktu. 


Nak duo pantun sairiang:

Kerlip bintang di langit yang tinggi
Syahdu sungguh menggugah rasaku
Dua hati berjanji suci
Selamat Menempuh Hidup Baru

Semut meniti pohon waru,
Hinggap di dahan burung tekukur.
Selamat meniti hidup baru,
Nikmati hidup penuh bersyukur.

Demikianlah sambutan singkat ini kami sampaikan, semoga Allah swt senantiasa melimpahkan kebahagiaan kepada kedua pengantin dalam batin dan hati yang suci,  sakinah, mawaddah war rahmah.

Kita menadahkan tangan mendoakan pada ada saatnya kepada pasangan keluarga baru ini, akan dilimpahi karunia keturunan yang saleh dan salehah, rezeki yang luas dan selalu sehat dan dalam peluikan cinta sejati dengan ibadah yang tertib, iman dan taqwa yang kokohj. Amin ya rabbal alamin.

Jalan-jalan ke kota Mekah, 

Ingin sembahyang berlama-lama, 

Semoga sepatah kata  ini membawa berkah, 

Membawa rahmat untuk kita bersama.

Bunga mekar di perbukitan 

Sawah luas di pedesaan 

Terima kasih untuk perhatian 

Mohon maaf untuk kesalahan.

Di Irian banyak cenderawasih,

Cukup sekian terima kasih

Wabillahitaufiq wal hidayah, 

Wassalamu alaikuk warhamatullahi wabarakatuh.

.

%d blogger menyukai ini: